Pada zaman dahulu yang menjabat adipati di Semarang bernama kanjeng Adipati Arya Bustaman. Ia terkenal orang yang bakhil pelit sekali. Beliau sangat loba, tamak dan serakah terhadap benda duniawi. beliau senang sekali menumpuk-numpuk harta kekayaan. Rakyatnya dibebani pajak yang berat sehingga rakyatnya miskin-miskin. Perihal tingkah laku dan ahlak sang Adipati yang demikian tadi didengar oleh kanjeng Sunan Kalijaga, kanjeng sunann membuktikannya. Beliau berpakaian pengemis dan pergi ke Semarang.
Pada suatu pagi, sang Adipati duduk di pendopo sambil makan roti dan kopi. Tiba-tiba datanglah seorang pengemis dan jongkok di teras: "Tuan, sudah dua hari saya tidak makan. perut saya lapar sekali. Berilah saya Roti yang tuan makan itu sedikit saja. "Wah enaknya, Datang-datang mau minta makan. Nih, Lekas pergi dari sini!. berkata demikian sambil mengupas kulit roti dan dilemparkan ke pengemis itu. Pengemis tadi menangkap kulit roti itu dan diubah menjadi emas yang berkilau, lalu melemparkannya ke Adipati itu. Lalu pengemis itu pergi. Sang Adipati terkejut sekali. Mengapa kulit roti diubah menjadi emas? Pengemis itu tentu bukan orang sembarangan. Dia pasti orang yang sakti sekali. Kata Adipati. Selanjutnya Adipati itu berlari mengejar pengemis itu. "Pak, Kau ini sebenarnya siapa? Pengemis itu lalu membuka pakaian pengemis yang compang-camping dan membuangnya, Sang adipati sangat terkejut begitu melihat pengemis itu, Lalu Sang Adipati Langsung Menyembah : "Aduh Bapa Sunan, maafkanlah atas kehilafan saya". "Tak jadi apa, memang saya sedang membuktikan bahwa kau ini sangat loba, tamak dan serakah. Ketahuilah olehmu bahwa harta kekayaanmu yang kau kikirkan itu besok setelah kiamat dan dihadapkan ke sidang pengadilan yang akan diadili oleh Allah sendiri, maka hartamu itu akan dijadikan bahan bakar dan guna menyeterika punggungmu."
"Adu, Bapa bagaimana saya seharusnya agar dapat diampuni oleh Tuhan Yang Maha Kuasa?" "Kau harus bertobat Nasoha. Artinya menyesali semua perbuatanmu dan tidak akan mengulangi lagi perbuatanmu itu. Serta berbuatlah baik sebanyak-banyaknya sebagai penebus dosa, Nah caranya begini :
Kau harus meninggalkan kadipaten dan pergi menuju ke bukit disana itu, dan tidak boleh membawa uang sepeserpun. Sebelum berangkat hartamu harus kau bagi-bagikan kepada rakyatmu. Setelah itu barulah kau berangkat ke bukit sanadan dirikanlah masjid dan berilah pengajaran mengaji, sholat dan sebagainya. Adapun ksdipaten Semarang serahkan kepada putramu yang sulung (Ki Ageng Pandan Arang) biar diurus oleh dia. Sudahkah kau mengerti?" Sudah bapa, semua petunjuk dan nasehat-nasehat Bapa akan saya laksanakan."
Selanjutnya mereka berpisah. Sang Adipati lalu memberi tahu kepada istrinya bahwa baru saja ia di datangi Sunan Kalijaga dan disuruh meninggalkan kadipaten dan pergi ke bukit Tembayat mendirikan masjid dan menyiarkan agama islam disana. Jika nyai akan turut bersiap-siaplah. Akan tetapi tidak boleh memakai perhiasan atau membawa uang sepeserpun. Sebab hal itu dilarang oleh sunan. Selanjutnya sang Adipati memanggil para Demang (Sebutan Lurah/Kepala Desa). Mereka masing-masing diberi uang pajak yang telah disetorkan ke Kadipaten agar dikembalikan kepada rakyatnya. Sang Adipati lalu memanggil putranya dan menyerahkan jabatanya kepada putranya yang sulung menggantikan Jabatannya sebagai Adipati Semarang. Putranya tadi di beri Gelar Ki Ageng Pandan Arang.
Adapun nyi ageng snagt bingun, Mengapa akan bepergianjauh kok tidak boleh membawa bekal apapun. akhirnya ia menadap akal, diambilnya sebatang bambu yang kecil dan dipotong sebanyak tiga ruas. Ruas-rusanya dilubangi, Kecuali ruas yang dibawah. Semua perhiasannya seperti kalung, gelang, cincin dan lain-lain dimasukannya. Di atas bambu tadi ditutupi dengan secarik kain. Selanjutnya bumbung tadi dibuat tongkat. Akhirnya sang Adipati beserta Istrinya berangkat meninggalkan kadipatenmenuju ke bukit Tembayat. karena jalannya naik turun, nyai Adipati sring ketinggalan di belakang agak jauh. Pada waktu itu ada tiga orang penyamun yang bersembunyi di semak-semak menunggu mangsanya jika ada orang yang lewat disitu. Penyamun itu dipimpin oleh maling sakti dan dibantu oleh dua orang temannya, yaitu maling Aguna dan Maling Caluring. Tiba-tiba mereka melihat seorang wanita yang cantik sekali memmbawa tongkat bambu. Mereka segera keluar dari tempat persembunyiannya. Maling sakti segera menangkap tangan Nyi Adipati yang memegai tongkatbambu tadi dan akan merebut tongkat itu dan akan dibuangnya. Akan tetapi Nyi Ageng mempertahankannya, sehingga terjadi tarik menarik. Di bantu ke dua maling tersebut akhirnya tongkat tersebut dapat direbut oleh ketiga penyamun itu dan dibuang ke semak-semak. Kemudian Nyi Adipati tanganya ditarik oleh maling sakti dan akan dibawa ke semak-semak, tetapi Nyi Ageng meronta-ronta dan berteriak minta tolong, Sang Adipati berpaling ke belakangsambil berkata "Hai... jangan kau ganggu wanita itu ! Jika kau ingin menjadi orang yang kaya-raya, belahlah tongkat itu, kau nanti akan mendapatkan perhiasan emas, intan dan berlian. Maling sakti segera mengambil tongkat bambu itu untuk membuktikan ucapan Sang Adipati itu. Tongkat banmu segera dibelah dengan parangnya. Maka berhamburanlah perhiasan emas, intan berlian itu. Maling Aguna dan maling caluring langsung melepaskan tangan Nyi Ageng. Mereka turut mengumpulkan perhiasan tersebut. Sang adipati mengetahui rahasia istrinya yang telah menyembunyikan semua perhiasan di dalam bambu. "Sudahlah tak mengapa. Lain kali jangan kau membohongi aku lagi".
Selanjutnya tempat tersebut di sebut Sala Tiga, karena ada tiga orang yang berbuat kesalahan atau lazimnya disebut Salatiga.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar