Tumbuhan Paku (Pterydophyta) : Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Siklus Hidup, Contoh - Bersama lumut, tumbuhan paku merupakan tumbuhan tingkat rendah. Apakah kalian pernah melihat tumbuhan pakis di lingkungan sekitar kalian? Tentu kalian pasti pernah melihatnya. Terkadang, banyak penjual tanaman hias yang menjualnya. Pakis merupakan salah jenis tumbuhan paku (Gambar 1). Meskipun ciri dan struktur tubuh tumbuhan paku amat berbeda dengan lumut, yaitu sudah mempunyai cormus, tetapi tumbuhan paku belum menghasilkan biji. Tubuhnya memang sudah dapat dibedakan menjadi akar, batang, dan daun sejati dan juga sudah memiliki pembuluh pengangkut (termasuk tumbuhan vaskuler), tumbuhan paku masih membentuk spora sebagai alat perkembangbiakan yang utama. Karenanya tumbuhsn paku disebut kormofita berspora atau tumbuhan vaskuler tak berbiji. Tumbuhan paku juga mempunyai gametangium yang letaknya tersembunyi, sehingga termasuk kelompok Vasculer Cryptomagae. (Baca juga : Plantae)
Golongan Vascular Cryptogamae menurut sistem klasifikasi lama termasuk dalam Divisi Pterydophyta. Divisi ini merupakan Cormophyta bersama dengan tumbuhan berbiji dan tubuhnya yang berupa kormus sudah merupakan sporofit. Ini berbeda dengan tumbuhan lumut yang tubuhnya masih berupa talus (atau peralihan dari talus ke kormus) dan merupakan gametofit. Sebagai tumbuhan tingkat rendah, tumbuhan paku sudah lebih maju daripada tumbuhan lumut karena sudah mempunyai sistem pembuluh yang terdiri dari xilem dan floem, sporofit hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospor. Sebaliknya, sebagai golongan kormofita, tumbuhan paku lebih rendah perkembangannya daripada tumbuhan berbiji (Spermatophyta) karena untuk melakukan pembuahan sel kelamin jantan dapat mencapai sel kelamin betina tanpa harus melalui siphon (buluh serbuk sari). Karenanya, tumbuhan paku dan lumut termasuk golongan Embryophyta Asiponogama. Selain itu, tumbuhan paku tidak membentuk biji dan gametofit betina tidak menempel pada sporofit serta dalam perkembangan embrio sporofit tidak ada masa istirahat.
Gambar 1. Pakis (Polystichum setiferum), salah satu tumbuhan paku (Wikimedia Commons) |
1. Ciri-Ciri Tumbuhan Paku
Apabila kita membicarakan ciri tubuh tumbuhan paku, tentu akan dipelajari ukuran, bentuk, struktur dan fungsi tubuhnya. Ukuran tubuh tumbuhan paku amat bervariasi, tingginya antara 2 cm hingga 5 m. Bentuknya pun amat beragam. Ada yang berbentuk lembaran, perdu, pohon, dan ada yang seperti tanduk rusa. Struktur tubuhnya jelas mempunyai kormus. Artinya, kita sudah bisa membedakan antara akar, batang, dan daunnya. Namun demikian, tumbuhan ini tidak menghasilkan biji. Karena itu, alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama yakni melalui spora.
Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh ke samping dari batang. Batangnya bercabang-cabang menggarpu (dikotom) atau jika membentuk cabang-cabang ke samping, cabang-cabang baru tersebut tidak pernah keluar dari ketiak daun. Pada batang terdapat banyak daun yang dapat tumbuh terus sampai lama.Umumnya daun masih lebih primitit daripada daun tumbuhan tingkat tinggi sehingga disebut mikrofil. Di dalam akar, batang, dan daun telah terdapat jaringan pengangkut yang tersusun atas bagian floem dan xilem yang belum terdapat pada tumbuhan lumut. Berkas-berkas pengangkut ini umumnya tersusun konsentris amfikribal (xilem di tengah dikelilingi oleh floem) dan di dalam batang sering terdapat lebih dari satu berkas pengangkut. Adanya berkas pengangkut menambah kekuatan untuk mendukung tunas-tunas, sehingga tumbuhan paku berkembang menjadi tumbuhan darat dengan cabang-cabang, bahkan telah membentuk pohon seperti yang dikenal dengan paku tiang, contohnya adalah Cyathea sp. Perhatikan Gambar 2.
Gambar 2. Cyathea medullaris (Wikimedia Commons) |
tropofil. Sporofil seringkali terkumpul menjadi organ khusus yang terletak di ujung batang atau cabang, disebut strobilus.
2. Siklus Hidup Tumbuhan Paku
Seperti pada tumbuhan lumut, pada tumbuhan paku juga terjadi siklus hidup atau pergiliran dua keturunan, yaitu keturunan gametofit dan sporofit. Perhatikan Gambar 3, contoh yang akan kita bahas adalah siklus hidup paku pakis. Gametofi t pada tumbuhan paku dinamakan protalium atau protalus. Protalium ini hanya berumur beberapa minggu. Bentuk protalium ini seperti jantung, warnanya hijau, dan melekat pada tempat tumbuhnya dengan rizoid. Pada protalium ini terdapat anteridium dan arkegonium yang masing-masing merupakan penghasil sel jantan dan sel betina yang dalam perkembangan selanjutnya akan bertemu dan melebur menghasilkan zigot. Zigot kemudian tumbuh menjadi tumbuhan paku. Tumbuhan paku inilah yang merupakan keturunan yang diploid, yaitu sporofit. Jadi di dalam siklus hidup tumbuhan paku sporofit adalah generasi yang dominan. Selanjutnya, pada keturunan sporofit, tumbuhan paku akan menghasilkan spora. Dan kemudian spora tersebut akan tumbuh menjadi protlium, demikian seterusnya siklus hidup berlanjut.
Sebagian besar paku adalah homospora, yang berarti menghasilkan satu jenis spora yang sama besar. Pada jenis paku lain ditemukan tipe heterospor, yaitu jenis paku yang mengasilkan dua macam spora yang ukurannya tidak sama. Terdapat pula tumbuhan paku yang menghasilkan spora yang bentuk luarnya sama tetapi berbeda jenis kelaminnya. Tumbuhan ini dinamakan paku peralihan antara homospor dan heterospor.
Gambar 3. Siklus hidup tumbuhan paku (pakis) |
3. Klasifikasi Tumbuhan Paku
Di dalam Dunia Tumbuhan, tumbuhan paku dikelompokkan ke dalam 4 disvisi yaitu Divisi Psilophyta atau paku purba, Divisi Lycophyta (Lepidophyta) atau paku kawat, Divisi Arthrophyta atau paku ekor kuda, dan Divisi Filicophyta atau paku sejati. Tiga divisi pertama adalah tumbuhan paku dengan daun berupa mikrofil sedangkan divisi yang ke empat adalah paku dengan daun berupa makrofil.
a. Paku Purba (Psilopyta)
Divisi Psilophyta disebut juga paku purba. Sesuai dengan namanya, tumbuhan paku ini sudah banyak yang punah. Jenis tumbuhan ini, yang masih ada hanya sedikit saja. Diperkirakan hanya tinggal 10 – 13 species yang berasal dari 2 genus. Paku purba merupakan paku telanjang yang tidak berdaun. Kalau pun ada, paku purba hanya mempunyai daun-daun kecil (mikrofil) yang belum terdeferensi. Oleh karenanya, fotosintesis berada di batang yang mengandung klorofil.
Paku purba juga ada yang belum punya akar. Dengan demikian, paku purba ini tidak mempunyai jaringan pengangkut. Tentunya, paku ini akan memiliki rizoid untuk mengangkut air dan mineral. Tumbuhan paku ini juga mempunyai sifat homospora, dan banyak hidup di daerah tropis dan subtropis. Contoh paku kuda adalah Rhynia sp. yang merupakan paku purba berdaun dan Psilotum nudum yang merupakan paku purba tidak berdaun (Gambar 4).
b. Paku Kawat (Lycophyta)
Gambar 4. Psilotum nudum (Wikimedia Commons) |
Divisi Lycophyta atau Lepidophyta meliputi golongan yang sudah punah maupun yang sekarang masih ada. Anggota divisi ini biasa dinamakan paku kawat karena mempunyai batang dan akar yang bercabang menggarpu. Struktur tubuhnya cukup lengkap, yang mempunyai akar, batang dan daun sejati. Daunnya kecil-kecil (mikrofil), tidak bertangkai dan bertulang daun satu. Sporangium terdapat pada ketiak daun, biasanya sporofil terkumpul di ujung batang atau cabang dan membentuk bangunan seperti kerucut, disebut strobilus. Bentuk ini menyerupai konus pada pohon pinus, sehingga banyak orang yang menyebut paku kawat itu sama saja pinus tanah.
Berdasarkan ada tidaknya ligula (lidah-lidah pada daun), divisi ini dibagi menjadi dua kelas yaitu Kelas Eligulopsida dan Kelas Ligulopsida. Kelas Eligulopsida merupakan paku kawat yang tidak memiliki ligula, contohnya Lycopodium sp. Sedangkan Ligulopsida merupakan paku kawat yang memiliki ligula, contohnya paku rane (Selaginella sp.). Perhatikan Gambar 5 dan 6.
c. Paku Ekor Kuda (Divisi Arthrophyta)
Gambar 5. Lycopodium dendroideum (Wikimedia Commons) |
Gambar 6. Selaginella canaliculata (Wikimedia Commons) |
Divisi Arthrophyta memiliki tubuh yang cabangnya berkarang dan jelas kelihatan berbuku-buku dan beruas-ruas. Lapisan luar (epidermisnya), mengandung silika sehingga terlihat berpasir. Orang banyak menggunakan batang ekor kuda untuk menggosok pot ataupun kuali, sebelum ditemukan alat penggosok dari baja. Oleh karenanya, tumbuhan ini disebut juga dengan tumbuhan penggosok.
Daun-daun kecil seperti selaput dan tersusun berkarang. Sporofil selalu berbeda dengan daun biasa, biasanya berbentuk perisai dengan sejumlah sporangium pada sisi bawahnya. Sporofil tersebut merupakan badan berbentuk gada atau kerucut pada ujung batang atau cabang yang juga disebut sebagai strobilus. Akarnya sangat kecil dan halus, terdapat pada buku-buku dari rhizoma atau pada pangkal batang. Beberapa jenisnya ada yang memiliki semacam umbi untuk menghadapi masa yang buruk.
Paku ekor kuda merupakan tumbuhan dengan genus tunggal, yaitu Equisetum. Genus ini hanya memuat kira-kira 25 spesies, sebagian hidup di darat dan sebagian hidup di rawa-rawa. Contohnya adalah paku ekor kuda (Equisetum debile). Perhatikan Gambar 7.
d. Paku sejati (Filicophyta)
Gambar 7. Paku ekor kuda (Equisetum debile) |
Tumbuhan paku sejati merupakan tumbuhan paku yang bisa selalu kita temukan. Mengapa? Sebab, kita bisa menemukannya di sawah, di pekarangan rumah yang teduh, atau mungkin pada pot tanaman hias yang ada di depan rumah kita. Paku sejati juga termasuk tumbuhan yang memiliki struktur tubuh lengkap. Paku sejati sudah mempunyai akar, batang, dan daun yang sejati. Batangnya ada yang tertanam di dalam tanah membentuk rihzoma. Daunnya berupa makrofil dan bentuknya bermacam-macam, bertangkai, dan tulangnya bercabang-cabang. Saat masih muda, daunnya akan tergulung pada ujungnya. Sementara, sisi bawahnya banyak terdapat sporangium. Contoh tanaman paku sejati adalah paku tanduk rusa (Plathycerium coronarium), paku sarang burung (Asplenium nidus), paku suplir (Adiantum sp.), paku sawah (Azolla pinnata), dan semanggi (Marsilea crenata). Perhatikan Gambar 8 dan 9.
Anda sekarang sudah mengetahui Tumbuhan Paku. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Gambar 8. Marsilea crenata (Wikimedia Commons) |
Gambar 9. Asplenium nidus (Wikimedia Commons) |
Referensi :
Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 290.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar