Hasil riset terbaru menunjukkan, perempuan dengan mutasi gen yang mengarah pada kanker payudara tak perlu memotong payudara untuk menyelamatkan nyawa.
Dalam sebuah studi kecil terhadap perempuan dengan mutasi gen kanker payudara dan bebera
pa tipe pengobatan kanker, pasien memiliki risiko 2-4 empat kali muncul kembali sel kanker. Hal itu terjadi jika mereka hanya menyingkirkan jaringan kanker, bukan seluruh payudara.
Namun, kesempatan selamat mereka setelah 15 tahun hampir sama. Meski studi ini belum bisa membuktikan salah satu cara pengobatan lebih baik ketimbang lainnya. Hasil ini dipresentasikan pada akhir pekan lalu, dalam sebuah konferensi kanker payudara di Barcelona, Spanyol.
Riset yang lebih besar lagi membuktikan bahwa melakukan lumpektomi yang diikuti dengan radiasi sama efektifnya dengan masektomi bagi perempuan di tahap awal kanker payudara. Meski begitu, tak diketahui apakah gen si perempuan mempengaruhi dan berujung pada kanker.
Lumpektomi juga seringkali dilengkapi dengan kemoterapi dan perawatan kanker seperti tamoxifen, meski bergantung pada ukuran, tipe, dan penyebaran kanker.
Dr Lori Pierce, dosen Radiasi Onkologi di University of Michigan dan koleganya meneliti 655 pasien kanker payudara di Australia, Israel, Spanyol dan AS. Semua penderita ini memiliki mutasi genetis yang berarti risiko kanker lebih tinggi.
Setelah 15 tahun, perempuan yang diangkat payudaranya memiliki kemungkinan 6% kembalinya sel kanker dibandingkan 24% perempuan yang tak mengangkat payudaranya. Kelompok kedua menambahkan kemoterapi menurunkan risiko mereka hingga 12%.
Perbedaan kesempatan hidup juga berbeda meski sedikit. Pada perempuan yang tak mengangkat payudara mereka, sebanyak 87% dan 89% bagi yang telah melakukan bedah drastis, setelah 15 tahun. Perbedaannya memang tidak signifikan, namun sedikitnya angka kematian dalam studi ini mempersulit periset.
"Terapi payudara konservasi dengan kemoterapi dan terapi hormon merupakan alternatif masuk akal,” kata Pierce.
Sementara para dokter mengatakan, temuan Pierce seharusnya disesuaikan dengan pasien kanker payudara saat ini. “Sebab ada data di mana perempuan mempertahankan payudaranya dan keadaan tidak memburuk bagi mereka,” kata Kepala Radiasi dan Onkologi di Institut Curie Paris, Dr. Alain Fourquet. Ia tidak terlibat dalam studi yang dilakukan Pierce.
Fourquet mengatakan, secara genetis terpapar terhadap kanker payudara merupakan hal yang tidak terlalu penting untuk menentukan langkah selanjutnya, begitu seorang perempuan terdiagnosa kanker payudara. Demikian pula dengan keputusan mengangkat payudara, tak seharusnya berdasarkan gen seseorang.
Maria Leadbeater, perawat klinik Breast Cancer Care yang merupakan sebuah yayasan di Inggris berpendapat, temuan ini mengubah cara diskusi para dokter dengan pasien kanker payudara. Dokter kini bisa memberikan pertimbangan untuk pemikiran dan keinginan pasien.
"Jika kedua cara itu sama efektifnya, maka apa yang diinginkan pasien menjadi sesuatu yang lebih penting," pungkasnya (Inilah.com).
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar