IMUNISASI atau yang biasa disebut dengan vaksiniasi merupakan salahsatu cara pencegahan penyakit berbahaya sejak dini, yang sifatnya wajib bagi anak bayi dan balita. Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin yang merupakan bibit penyakit yang telah dibuat lemah kepada seseorang agar tubuh dapat membuat antibodi sendiri terhadap bibit penyakit kuat yang sama.
Biasanya penyakit yang sering menyerang anak bayi, ditimbulkan oleh virus yang terdapat di sekeliling bayi tersebut. Cara kerjanya adalah dengan menyuntikkan cairan vaksin ke dalam tubuh si bayi secara berkala dan terus-menerus sampai usianya memasuki bulan ke 12.
Dr. Nanan Surya Perdana Sp.A, salahsatu dokter yang praktik di Balai Klinik Ibu dan Anak, Jalan Pembangunan, Samarinda, menjelaskan tentang beberapa vaksin yang wajib diberikan pada bayi yang berusia 0 sampai 12 bulan . “Umumnya terdapat 5 jenis imunisasi yang harus diberikan kepada bayi secara berkala dan teratur. Masing-masing vaksin tersebut memiliki jadwal penyuntikan tersendiri, dan wajib dilakukan,” tegasnya.
Seperti penjelasan Dr. Nanan, berikut ke lima vaksin tersebut adalah :
Pertama, Bacille Calmatte-Guerrin atau biasa disingkat menjadi BCG, merupakan salahsatu imunisasi yang diberikan satu kali kepada bayi berusia 0 sampai 2 bulan. Tujuan imunisasi tersebut adalah untuk mencegah tuberkulosis paru-paru yang disebabkan oleh udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru, kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak. Itulah mengapa imunisasi tersebut diberikan agar memiliki kekebalan aktif terhadap virus Tubercle bacii yang hidup di dalam darah. Reaksi yang nampak setelah penyuntikan imunisasi ini adalah berupa pembengkakan dan perubahan warna kulit pada tempat penyuntikan, dan akan sembuh dalam waktu 8 sampai 12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
Kedua, imunisasi Hepatitis B. Diberikan secara 3 kali kepada bayi dari sejak lahir, kemudian dilanjutkan satu bulan berikutnya. Terakhir, diberikan saat bayi berumur 6 bulan. Tujuan dari imunisasi ini adalah untuk mencegah kanker hati.
Ketiga, imunisasi Polio. Imunisasi yang satu ini paling sering didengung-dengungkan pemerintah karena telah memakan korban cukup banyak. Karena itulah, pemerintah memilki target untuk membebaskan anak-anak Indonesia dari penyakit Poliomielitis atau lumpuh kaki. Imunisasi ini diberikan sebanyak 4 kali kepada bayi secara berkala setiap 1 bulan sekali sejak bayi berusia 0 sampai bulan ke 4. Kemudian, pemberian vaksin ini diulang ketika berusia 18 bulan dan 5 tahun.
Keempat, Dipteri, Pertusis, Tetanus atau biasa disingkat menjadi DPT, merupakan imunisasi yang diberikan kepada bayi sebanyak 3 kali secara berkala, dengan jenjang pemberian setiap 2 bulan sekali sejak umur 2 bulan sampai bayi memasuki bulan ke 6. Tujuan dari imunisasi DPT, antara lain; untuk mencegah penyakit Dipteri yang berasal dari bakteri Corynebacterium Diphteriae yang mudah menular melalui udara berupa batuk/bersin dan mengakibatkan radang tenggorokan. Tujuan lainnya adalah, untuk mencegah penyakit Pertusis yang berasal dari bakteri Bordetella Pertusis, mengakibatkan batuk yang terus menerus dan bahkan bisa menyebabkan kematian. Terakhir, adalah untuk mencegah penyakit Tetanus yang berasal dari bakteri Clostridium Tetani akibat luka yang terinfeksi.
Kelima, imunisasi Campak. Diberikan hanya 1 kali ketika bayi memasuki bulan ke 9 atau lebih. Tujuan diberikan imunisasi tersebut adalah untuk mencegah penyakit campak yang biasa disebut orang-orang kerumut akibat dari virus Campak yang menular lewat udara.
“Sebenarnya selain ke 5 vaksin tersebut, masih ada vaksin-vaksin yang lain, yang dapat diberikan pada anak bayi dan balita. Namun tidak diizinkan untuk dipublikasikan, karena vaksin tersebut hanya digunakan oleh kalangan tertentu. Biasanya vaksin-vaksin tersebut diberikan oleh dokter-dokter praktik swasta saja, tapi tidak dianjurkan karena harganya cukup mahal, berkisar 200 ribu sampai 900 ribu,” katanya.
Adapun dampak atau proses reaksi pada tubuh bayi setelah diberi vaksin bermacam-macam. Biasanya terlihat pada tempat penyuntikannya. Kebanyakan reaksi yang terjadi pada bayi berupa demam, bengkak dan rewel. Reaksi tersebut disebut dengan “Adverse Reaction” atau arti dalam bahasa Indonesia adalah reaksi simpang.
“Apabila bayi mengalami demam setelah diimunisasi, itu adalah hal yang wajar. Untuk menurunkan demam si bayi, orangtua dapat memberinya dengan obat penurun panas. Namun apabila saat waktunya vaksin telah tiba, tetapi bayi sedang mengalami rewel dan demam, sebaiknya jangan langsung diberi imunisasi, karena pemberian virus melalui imunisasi yang akan membentuk antibodi (kekebalan, Red.) membuat tubuh bekerja lebih berat, sehingga virus tersebut tidak bisa bekerja secara maksimal,” sebutnya.
Sumber : http://kaltimpost.co.id
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar