Hukum Mendel 2

Bookmark and Share
Hukum Mendel 2 atau Hukum Asortasi - Selain hanya mempunyai satu sifat beda, individu dapat mempunyai sifat beda lebih dari satu. Persilangan 2 individu yang mempunyai 2 sifat beda (dengan dua alel yang berbeda) disebut dengan persilangan dihibrid. Misalnya: bentuk biji kacang kapri (bulat dan keriput), warna (kuning dan hijau), atau ukuran batang (tinggi dan pendek). Hukum Mendel II dikenal sebagai Hukum Asortasi, hukum berpasangan atau penggabungan secara bebas (Th e Law of Independent Assortment of Genes). Hukum ini menyatakan bahwa setiap gen atau sifat berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lain. Pada persilangan antara tanaman kapri berbiji bulat warna kuning homozigot (BBKK) dengan kapri berbiji keriput warna hijau (bbkk), akan menghasilkan 16 kombinasi genotip keturunan sebanyak 100% tanaman berbiji bulat dan berwarna kuning. Selanjutnya, apabila tanam an F1 tersebut disilangkan sesamanya (sama-sama F1), ternyata pada keturunan kedua (F2), hasilnya : 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat keriput, 3/16 keriput kunig, dan 1/16 keriput hijau atau rasio F2 = 9 : 3 : 3 : 1.

Agar lebih mengerti, cermatilah contoh persilangan dihibrida berikut.

1. Persilangan Dihibrida

Generasi 1
P1
Fenotipe
:
Betina ♀

Jantan ♂



tanaman berbiji bulat, berwarna kuning
X
tanaman berbiji keriput, berwarna kuning

Genotipe
:
BBKK

bbkk

Gamet
:
BK

bk
F1

:
Tanaman berbiji bulat, berwarna kuning
Generasi 2
P2
Fenotip
:
tanaman berbiji bulat, berwarna kuning
X
tanaman berbiji bulat, berwarna kuning

Genotip
:
BbKk

BbKk         

Gamet
:
¼ BK (bulat, kuning) ¼ BK



¼ Bk (bulat, hijau) ¼ Bk



¼ bK (keriput, kuning) ¼ bK



¼ bk (keriput, hijau) ¼ bk

Catatan :
Pada pembentukan gamet tersebut, terjadi 4 macam pengelompokan gen. Gen B mengelompok dengan gen K membentuk gamet BK; gen B mengelompok dengan gen k membentuk gamet Bk; gen b mengelompok dengan gen K membentuk gamet bK; dan gen b mengelompok dengan gen k membentuk gamet bk.

F2
Gamet
¼ BK
¼ Bk
¼ bK
¼ bk
¼ BK
1/16 BBKK
1/16 BBKk
1/16 BbKK
1/16 BbKk

bulat kuning
bulat kuning
bulat kuning
bulat kuning
¼ Bk
1/16 BBKk
1/16 BBkk
1/16 BbKk
1/16 Bbkk

bulat kuning
bulat hijau
bulat kuning
bulat hijau
¼ bK
1/16 BbKK
1/16 BbKk
1/16 bbKK
1/16 bbKk

bulat kuning
bulat kuning
keriput kuning
keriput kuning
¼ bk
1/16 BbKk
1/16 Bbkk
1/16 bbKk
1/16 bbkk

bulat kuning
bulat hijau
keriput kuning
keriput hijau
Suryo, Genetika Manusia, hlm. 29 (dengan pengembangan)


Rasio fenotip (F2)



bulat kuning : bulat hijau
:
keriput kuning : keriput hijau

9/16 : 3/16
:
3/16 : 1/16
Atau
9 : 3
:
3 : 1

a. Macam Gamet dan Macam Fenotip dari Persilangan

Di dalam contoh persilangan monohibrida, dapat diketahui bahwa gamet yang terbentuk pada F1 ada dua macam dan fenotip yang terbentuk pada F2 ada dua macam. Sementara pada perbandingan dihibrida, dapat diketahui bahwa gamet yang terbentuk pada F1 ada empat macam dan fenotip yang terbentuk juga empat macam, dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Untuk persilangan trihibrida, tetrahibrida dan seterusnya, dapat ditentukan dengan metode segitiga pascal, seperti pada tabel berikut.

Tabel 1. Hubungan Jumlah Sifat Beda dengan Banyaknya Macam Gamet pada F1 dan Perbandingan Fenotip pada F2

Jumlah sifat beda

Kemungkinan macam Fenotip

Macam
gamet

Perbandingan Fenotip pada F2

1
1 1
2
3 : 1
2
1 2 1
4
9 : 3 : 3: 1
3
1 3 3 1
8
27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 :3 : 1
4
1 4 6 4 1
16
81 : 27 : 27 : 27 : 27 : 9 : 9 : 9
: 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 3 : 1
5
1 5 10 10 5 1
32
243, dan seterusnya
n
dan seterusnya
2n
3n dan seterusnya
Suryo, Genetika Manusia, hlm. 31 (dengan pengembangan)

2. Persilangan Resiprok

Sebagaimana telah kalian ketahui, dalam persilangan tumbuhan diperlukan gamet jantan (serbuk sari) dan gamet betina (putik). Dalam persilangan antara ercis berbuah hijau dengan ercis berbuah kuning misalnya, serbuk sari diambil dari ercis berbuah hijau kemudian diserbukkan pada putik tanaman ercis berbuah kuning. Semua keturunan F1nya berbuah hijau. Keturunan F2nya menghasilkan ercis berbuah hijau dan kuning dengan perbandingan 3:1. Demikian halnya jika serbuk sari diambil dari tanaman ercis berbuah kuning dan diserbukkan pada putik ercis berbuah hijau, hasil yang diperoleh baik pada F1 maupun F2nya tetap sama. Persilangan yang merupakan kebalikan dari persilangan sebelumnya inilah yang disebut persilangan resiprok. Oleh karena itu, baik tanaman yang berfungsi sebagai gamet jantan maupun sebagai gamet betina, mempunyai kesempatan yang sama di dalam pewarisan sifat. Berarti, Hukum Mendel I dan II tidak dipengaruhi oleh asal dari gamet jantan maupun betinanya.

Untuk lebih jelas dalam memahami persilangan resiprok, dapat dilihat pada contoh persilangan berikut.

P
♀HH (buah hijau)
X
♂hh (buah kuning)
p
♀HH (buah hijau)
X
hh (buah kuning)
Gamet
H

h
Gamet
H

h
F1
Hh (buah hijau)


F1
♀Hh (buah hijau)


Gamet F1
♀H

♂H
Gamet F1 H
♂H



h

h

h

h
F2
HH (buah hijau)


F2
HH (buah hijau)



Hh (buah hijau)



Hh (buah hijau)



Hh (buah hijau)



Hh (buah hijau)



hh (buah kunng)



hh (buah kuning)



Dari hasil tersebut, jelaslah bahwa persilangan resiprok menghasilkan keturunan yang sama.

3. Back Cross (Persilangan Balik) dan Test Cross (Uji Silang)

Berikutnya akan kalian pelajari perbedaan antara back cross dan test cross. Nah, sebelumnya kalian cermati dulu contoh berikut.

Persilangan Back Cross
P1
Fenotipe
:
♂bunga di ketiak batang
X
♀bunga di ujung batang

Genotipe
:
KK

kk              

Gamet
:
K

k
F1

:
Kk (100% bunga di ketiak batang)
Back cross
P2              
Fenotipe
:
♂bunga di ketiak batang
X
♀bunga di ketiak batang

Genotipe
:
Kk

KK

Gamet
:
K, k

K
F2
KK (bunga letak di ketiak batang)
hasil back cross 100% bunga di ketiak batang

Kk (bunga letak di ketiak batang)

Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa back cross merupakan persilangan antara keturunan F1 yang heterozigot dengan induknya (baik jantan atau betina) yang homozigot dominan. Pada contoh di atas, diketahui bahwa dua individu yang mempunyai genotip yang berbeda dapat mempunyai fenotip yang sama.

Kemudian, bagaimana dengan test cross, simaklah uraian berikut. Test cross adalah persilangan antara hibrid (individu F1) dengan salah satu induk homozigot resesif. Individu F1 tidak atau belum diketahui genotipnya. Oleh karena itu, uji silang ini bertujuan untuk menguji ketidakmurnian individu dengan mengetahui perbandingan fenotip keturunannya. Dengan demikian, dapat diketahui individu yang diuji adalah heterozigot atau homozigot (galur murni).

Nah, selanjutnya perhatikanlah contoh test cross pada monohibrida di bawah ini.

1) : Marmot hitam disilangkan dengan induknya yang homozigot resesif (bb), menghasilkan keturunan 50% marmot hitam dan 50% albino.

P1
:
jantan (___)
>< 
betina bb
Fenotipe
:
Bulat

keriput
Gamet
:
…………..

b, b
F1        
:
Bb : 50% biji bulat


bb : 50% biji keriput

Berarti individu tersebut bersifat heterozigot (Bb).

2) : Marmot hitam disilangkan dengan induk resesif albino. Keturunannya ternyata 100% bulat.

P1
:
jantan (___)
>< 
betina bb
Fenotipe
:
Bulat

keriput
Gamet
:
B

b, b
F1        
:
Bb : 100% biji bulat

Berarti, individu tersebut bersifat homozigot dominan (BB)

4. Sifat Intermedier

Seperti yang telah kalian ketahui sebelumnya bahwa persilangan satu sifat beda (misalnya, buah bulat dengan buah keriput) menghasilkan fenotip individu anakannya seperti sifat induknya (bulat atau keriput saja). Dengan kata lain, tidak dihasilkan individu dengan fenotip di luar fenotip induknya (tidak dihasilkan fenotip buah kotak ataupun lonjong). Lain halnya pada tanaman bunga pukul empat (lihat Gambar 1), pada persilangan antara tanaman bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) berwarna merah dengan bunga berwarna putih, dihasilkan individu keturunan dengan bunga berwarna merah jambu.

Mirabilis jalapa Bunga Pukul Empat
Gambar 1. Mirabilis jalapa (Bunga pukul empat)
Warna merah jambu merupakan warna antara merah dan putih yang disebabkan oleh ekspresi dari alel penentu warna merah dengan ekspresi dari alel warna putih. Oleh karena itu, kedua alel penentu sifat beda tersebut dikatakan mempunyai kekuatan yang sama dalam mempengaruhi munculnya sifat. Sifat antara yang diturunkan dari sifat induk pertama dengan sifat induk ke-2 inilah yang disebut sebagai sifat intermedier.

Anda sekarang sudah mengetahui Hukum Mendel 2. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Rochmah, S. N., Sri Widayati, Mazrikhatul Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XII. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 282.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar

Powered By Blogger