Sumber Daya Manusia, Sensus, Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk

Bookmark and Share
Sumber Daya Manusia, Sensus, Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk - Sumber Daya Manusia (SDM) ialah segala potensi dan kemampuan yang ada pada diri manusia yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan dan kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Dengan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya itu, manusia memegang peranan yang penting dalam mengelola alam suatu daerah ditentukan oleh faktor manusia dan faktor alam. Jadi, interaksi antara alam dengan manusia, di samping ditentukan oleh faktor alam, juga ditentukan oleh faktor manusianya, yang di dalamnya mencakup kuantitas dan kualitasnya.

A. Pengertian Antroposfer

Antroposfer terdiri atas dua kata yaitu “antrop” (manusia) dan “sphere” (lapisan). Jadi, antroposfer ialah kajian tentang manusia dan pengaruhnya terhadap ruang. Aspek yang dikaji dalam bahasan ini ialah penyebaran, perbandingan jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah, serta hubungan imbal balik antarmanusia dan lingkungannya. Antroposfer cabang geografi objek kajiannya adalah keruangan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam hal ini adalah penyebaran, densitas, perbandingan jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah, serta hubungan imbal balik antarmanusia dan lingkungannya.

Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah segala potensi dan kemampuan yang ada pada diri manusia yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan dan kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Dengan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya itu, manusia memegang peranan yang penting dalam mengelola suatu daerah. Hal ini karena bukan saja faktor alam yang menguntungkan manusia dalam mengolah lahan, melainkan juga faktor manusianya sendiri. Jadi, interaksi antara alam dengan manusia, di samping ditentukan oleh faktor alam, juga ditentukan oleh faktor manusianya, yang di dalamnya mencakup kuantitas beserta kualitasnya.

B. Kuantitas Sumber Daya Manusia

Indikator untuk mengukur kuantitas sumber daya manusia adalah jumlah penduduk, pertumbuhan, penyebaran, dan kepadatan serta komposisi.

1. Jumlah Penduduk

Keadaan atau banyaknya orang yang mendiami suatu tempat disebut jumlah penduduk. Banyaknya penduduk di suatu tempat dapat diketahui dengan cara:

a. sensus, yaitu perhitungan jumlah penduduk yang dilakukan secara berkala;
b. registrasi, yaitu pencatatan jumlah penduduk melalui datadata tertulis yang telah ada; dan
c. survei, yaitu perhitungan jumlah penduduk suatu tempat atau wilayah dengan mengambil sampel. Di dalam sebuah survei, hal-hal yang dicatat hanyalah daerah-daerah tertentu yang dianggap mewakili seluruh daerah tersebut.

2. Pertumbuhan penduduk

Paul R. Ehrilch (1968) mengatakan bahwa bencana kemanusiaan terjadi akibat terlalu banyaknya penduduk dan ledakan penduduk. Pernyataan tersebut menggunakan argumen yang sama seperti yang dikemukakan Thomas Malthus (1998), bahwa pertumbuhan manusia lebih cepat daripada pertambahan bahan pangan. Manusia berkembang menurut deret ukur, sedangkan bahan makanan beserta isinya tumbuh mengikuti deret hitung. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

a. perbaikan pemeliharaan kesehatan sehingga mengurangi angka kematian bayi dan anak; dan
b. pertambahan jumlah penduduk yang disebabkan oleh kelahiran lebih besar daripada jumlah kematian, serta orangorang yang datang lebih banyak daripada orang-orang yang pergi. Pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

T = (L – M) + (I – E)

Keterangan :

T = pertumbuhan penduduk
L = jumlah kelahiran

I = jumlah imigrasi
E = jumlah emigrasi

Pertumbuhan penduduk dapat dibagi ke dalam beberapa periode, yaitu sebagai berikut.

a. Periode pertama atau periode statik, yaitu pertumbuhan penduduk yang berjalan dengan perlahan-lahan. Ini ditandai oleh tingkat kelahiran yang tinggi juga tingkat kematian yang tinggi pula.
b. Tingkat kematian mulai turun, karena perbaikan gizi dan kesehatan, sedangkan angka kelahiran tetap tinggi. Periode ini disebut periode pertumbuhan yang cepat.
c. Periode pertumbuhan mulai turun, tingkat kematian stabil hampir mendekati titik terendah. Seiring dengan itu, tingkat kelahiran pun menurun.
d. Periode keempat adalah periode stasioner, yaitu tingkat kematian stabil seimbang dengan tingkat angka kelahiran.

C. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk

1. Penyebaran

Penyebaran penduduk dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek geografis, aspek administratif, dan aspek politis.

a. Aspek Geografis

Dilihat dari aspek geografis (dalam hal ini adalah penyebaran penduduk pada setiap pulaunya), ternyata belumlah merata. Ada pulau yang dihuni oleh banyak penduduk sehingga melebihi kapasitas, ada pula yang masih jarang. Pulau Jawa, misalnya, yang luasnya hanya 6,9% dari luas keseluruhan indonesia menurut catatan Biro Pusat Statistik pada tahun 2005 memiliki jumlah penduduk 118 juta jiwa. Sedangkan Kalimantan yang memiliki luas 28,1% dari luas keseluruhan Indonesia hanya ditempati 12 juta jiwa. Mengapa Pulau Jawa memiliki kepadatan penduduk yang tinggi? Mengapa Kalimantan yang mempunyai wilayah terluas hanya ditempati 5% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia? Mari perhatikan data pada tabel berikut.

Tabel 1. Penyebaran Penduduk Indonesia per Pulau

Pulau
Luas Wilayah
Penduduk (%)
1930
1961
1971
1980
1985
1990
1995
2000
2005
1.
Jawa dan Madura
6.9
68.7
65.0
63.8
61.9
60.9
60.0
58.9
59.1
58.8
2.
Sumatera
24.7
13.5
16.2
17.5
19.0
19.9
20.3
21.0
20.7
21.0
3.
Kalimantan
28.1
3.6
4.2
4.4
4.5
4.7
5.1
5.5
5.5
5.5
4.
Sulawesi
9.9
6.9
7.3
7.1
7.1
7.0
7.0
7.3
7.3
7.2
5.
Pulau lainnya
30.4
7.3
7.3
7.2
7.5
7.5
7.6
7.3
7.4
7.5

Total
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0

(Sumber : Badan Pusat Statistik)

b. Aspek Administratif

Perbedaan status administratif suatu wilayah menjadikan pemicu pula dalam perbedaan persebaran penduduk. Sebagai contoh; kota Bandung dan Jakarta akan dihuni penduduk yang lebih banyak ketimbang kota kecil lainnya yang masih berstatus sebagai kabupaten. Hal tersebut diakibatkan karena status kota besar atau metropolitan (Jakarta dan Bandung) akan memiliki fungsi yang kompleks, seperti fungsi pemerintahan, fungsi pendidikan, perdagangan dan lain-lain sehingga masyarakat berbondong-bondong akan datang ke kota tersebut ketimbang datang ke kota kecil yang sangat minim fungsi dan fasilitas yang disediakan.
Peta Kepadatan Penduduk Indonesia tahun 2010
Gambar 1. Peta Kepadatan Penduduk Indonesia tahun 2010.
c. Aspek Politik

Kebijakan/regulasi pemerintah yang berlaku akan berpengaruh pula terhadap perbedaan persebaran jumlah penduduk tiap daerah. Sebagai contoh, pemerintah menetapkan bahwa pulau Sumatera dan Kalimantan adalah pulau yang dijadikan tujuan transmigrasi, maka dengan sendirinya kedua pulau tersebut yang tadinya jarang penduduk akan menjadi padat pula.

2. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlah penduduk dengan luas area di mana mereka tinggal. Negara-negara kecil biasanya memiliki kepadatan penduduk tertinggi, di antaranya Monako, Singapura, Vatikan, dan Malta. Di mana negara besar yang memiliki kepadatan penduduk tinggi adalah Jepang dan Bangladesh.

Dari sekitar 6,5 miliar penduduk dunia, 4 miliar di antaranya tinggal di Asia. Tujuh dari sepuluh negara berpenduduk terbanyak di dunia berada di Asia (meski Rusia juga terletak di Eropa). Berikut adalah peringkat negara-negara di dunia berdasarkan jumlah penduduk (2005) antara lain:

1. Republik Rakyat Tiongkok (1.306.313.812 jiwa),
2. India (1.103.600.000 jiwa),
3. Amerika Serikat (298.186.698 jiwa),
4. Indonesia (241.973.879 jiwa),
5. Brasil (186.112.794 jiwa),
6. Pakistan (162.419.946 jiwa),
7. Bangladesh (144.319.628 jiwa),
8. Rusia (143.420.309 jiwa),
9. Nigeria (128.771.988 jiwa), dan
10. Jepang (127.417.244 jiwa).

Permukaan bumi mempunyai luas 510 juta km2 dengan jumlah penduduk 6,5 milyar jiwa. Kepadatan penduduk dunia mencapai 13 per km² (6,5milyar/510 juta) atau 43 per km². Kepadatan penduduk dunia tertinggi berada di Asia. Negara India, Jepang dan Singapura memiliki kepadatan penduduk di atas 1.000/km2. Selain Asia, negara yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi berada di Benua Amerika terutama Brasil dan Amerika Serikat.

Singapura adalah negara yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Asia Tenggara. Kepadatan penduduk yang tinggi di Singapura disebabkan oleh luas wilayah yang sempit yaitu hanya 693 km2 tetapi memiliki jumlah penduduk yang banyak. Indonesia yang memiliki luas wilayah terbesar di Asia Tenggara memiliki kepadatan penduduk 159.9, tertinggi kedua di Asia Tenggara.

Untuk Indonesia, kepadatan penduduk tertinggi berada di Kota Jakarta. Dari tahun 1997 sampai tahun 2005, kepadatan penduduk di Kota Jakarta terus bertambah. Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia menjadi faktor penentu banyaknya jumlah penduduk di kota ini. Banyak orang di luar Kota Jakarta yang mencari peluang dan kesempatan hidup lebih baik di Jakarta, dan akhirnya menetap di Jakarta.

3. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk adalah susunan atau pengelompokan penduduk berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang sering digunakan antara lain kriteria usia dan jenis kelamin, angkatan kerja, dan rasio ketergantungan.

a. Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin

Usia dan Jenis kelamin merupakan faktor penting dalam demografi. Dengan melihat data jumlah penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin, maka penduduk dapat diklasifikasikan. Sistem pengklasifikasian dapat digambarkan dalam grafik batang yang bentuknya horizontal.

Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin itu pada setiap negara tidak selalu sama. Pada umumnya ada tiga bentuk susunan penduduk menurut usia, yaitu:

1) Piramida Penduduk Muda

Apabila sebagian besar penduduknya terdiri atas penduduk berumur muda, yaitu kurang dari lima belas tahun. Kondisi penduduk seperti ini diakibatkan oleh besarnya angka kelahiran dibandingkan angka kematian. Banyaknya penduduk berusia muda mengakibatkan tingginya angka ketergantungan. Hal ini biasanya terdapat di negara-negara berkembang.

2) Piramida Penduduk Stasioner

Bentuk piramida ini merupakan gambaran dari keadaan penduduk yang tetap jumlahnya. Hal ini karena jumlah bayi yang lahir sama dengan jumlah yang meninggal. Dengan demikian, angka ketergantungan rendah. Keadaan penduduk di negara-negara maju berbentuk piramida seperti ini.

3) Piramida Penduduk Tua

Bentuk ini menggambarkan angka kelahiran yang lebih rendah dibandingkan angka kematian. Bila hal ini terjadi secara terus menerus, akan menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk daerah atau negara bersangkutan.

b. Angkatan kerja

Yang dimaksud dengan angkatan kerja ialah:

1) mereka yang bekerja (pekerja), dan
2) mereka yang tidak bekerja tetapi sudah siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan (menganggur).

Komponen penduduk aspek angkatan kerja dapat dihitung dengan rumus:

Angkatan kerja = Pekerja = Penganggur

c. Rasio Ketergantungan

Rasio ketergantungan ialah perbandingan antara banyaknya penduduk yang tidak produktif (usia di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun) dengan banyaknya penduduk usia produktif (15 – 64 tahun). Rasio ketergantungan dapat diperoleh dengan rumus:

D. Kualitas Sumber Daya Manusia

Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas sumber daya manusia ialah sebagai berikut.
  1. Ketenangan jiwa yang dilandasi ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Cukup sandang, pangan, dan perumahan yang layak, sehingga dia dapat hidup aman.
  3. Tersedianya fasilitas kesehatan, termasuk tenaga medis dan obat-obatan yang terjangkau oleh penduduk.
  4. Kesempatan pendidikan pada segala tingkat, baik umum maupun kejuruan.
  5. Adanya jaminan hari tua.
  6. Sarana perhubungan dan sarana komunitas tersedia lengkap.
  7. Adanya jaminan hukum dan hak-hak asasi manusia.
  8. Hubungan yang harmonis antar keluarga, masyarakat dan bangsanya.
  9. Tersedianya fasilitas rekreasi yang wajar.
Selain beberapa indikator tadi, terdapat beberapa faktor kualitas sumber daya manusia, yaitu berikut ini.

1. Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan terhadap kualitas kehidupan suatu penduduk. Jadi, apabila suatu penduduk kesehatannya tidak terjamin, maka bisa menimbulkan hal-hal sebagai berikut.

a. Angka kematian yang tinggi, terutama pada bayi dan anak-anak,
b. Gangguan terhadap pertumbuhan jasmani,
c. Menurunnya daya kerja, dan
d. Gangguan terhadap perkembangan mental dan intelegensi.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk berimplikasi terhadap kualitas atau kesejahteraan hidupnya. Mereka yang berpendidikan tinggi lebih berpeluang untuk memperoleh pekerjaan dengan berpenghasilan yang layak, lebih paham akan arti pentingnya kesehatan serta lebih matang dalam mental. Dengan demikian, pendidikan merupakan salah satu faktor yang tidak boleh tidak harus dimiliki oleh penduduk yang ingin memiliki kualitas hidup yang tinggi.

3. Harapan Hidup

Rasio harapan hidup penduduk dapat diperkirakan dengan cara mengaitkannya dengan tingkat kesejahteraannya. Semakin tinggi tingkat kesejahteraannya, diperkirakan penduduk tersebut memiliki rasio harapan hidup lebih lama dibandingkan mereka yang tidak sejahtera.

Hal ini antara lain dimungkinkan karena:

a. penduduk yang kesejahteraannya kurang, maka kebutuhan akan gizinya pun akan kurang terpenuhi sehingga angka kematian khususnya bayi dan anak-anak lebih tinggi;
b. penduduk yang kesejahteraannya terjamin, maka potensi untuk terserang penyakit dan meninggal lebih tinggi; dan
c. penduduk yang berpendidikan rendah, akan kurang memahami akan peranan gizi dan fungsi kesehatan bagi kelangsungan hidupnya.

4. Masalah-masalah Kependudukan di Indonesia serta Upaya Pengendaliannya

Beberapa masalah kependudukan yang kini sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah sebagai berikut.

a. Tingkat pertumbuhan penduduk yang masih tinggi.
b. Besarnya struktur penduduk muda. Hal ini membawa implikasi bagi kehidupan sosial ekonomi penduduk secara keseluruhan.
c. Angka beban tanggungan yang tinggi sebagai akibat dari
besarnya struktur penduduk muda.
d. Tingkat pengangguran yang masih tinggi.
e. Tingkat pendapatan yang rendah.
f. Tingkat buta huruf tinggi.
g. Penyebaran geografi yang tidak merata.
h. Arus urbanisasi semakin deras.
i. Daerah kota terlalu padat.
j. Angka kematian bayi masih tinggi.

Berbagai kebijaksanaan pemerintah dalam upaya mengendalikan masalah-masalah kependudukan tersebut ialah sebagai berikut.

a. Keluarga berencana (KB), adalah usaha pokok di dalam kebijaksanaan kependudukan, khususnya dalam upaya menurunkan tingkat kelahiran sekaligus dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
b. Peningkatan penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidikan kependudukan. Intensifikasi pendidikan akan berimplikasi langsung terhadap peningkatan kesejahteraan penduduk. Secara khusus, penyelenggaraan pendidikan penduduk dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai masalah kependudukan dan pentingnya pelaksanaan keluarga berencana.
c. Motivasi ke arah keluarga kecil. Usaha ini dijalankan, antara lain dengan memberikan berbagai kemudahan bagi keluarga-keluarga yang sudah melaksanakan KB dengan baik. Kemudahan-kemudahan itu dapat berupa jaminan sosial, kelonggaran di bidang pendidikan, dan sebagainya.
d. Menurunkan angka kematian anak-anak. Upaya ini dijalankan dengan cara:

1) membantu meningkatkan penghasilan keluarga yang berpendapatan rendah,
2) menyediakan berbagai kemudahan di bidang kesehatan guna menunjang kesehatan ibu dan anak.

e. Antarkerja-antardaerah. Upaya ini ditujukan untuk mempertemukan antara pencari kerja dengan pencari tenaga kerja, misalnya dengan menyebarluaskan informasi lowongan pekerjaan dengan menyalurkan tenaga ke daerah-daerah yang membutuhkannya.
f. Transmigrasi merupakan bagian dari usaha untuk mengembangkan daerah yang kepadatan penduduknya masih rendah.
g. Pembinaan kota-kota kecil dan pengembangan daerah pedesaan. Upaya ini diadakan untuk menghindari pertumbuhan yang terlalu cepat di kota-kota besar juga untuk meratakan hasil-hasil pembangunan.
h. Perluasan jaringan perhubungan. Hal ini diarahkan dalam rangka menanggulangi masalah urbanisasi. Dengan upaya ini diharapkan mobilitas penduduk dapat ditingkatkan, yaitu perjalanan penduduk pedesaan ke daerah kota tempat mereka bekerja akan lebih mudah sehingga mereka tidak perlu lagi tinggal di kota tempat mereka bekerja.

E. Mobilitas Penduduk

Mobilitas diartikan dengan perpindahan. Dalam ilmu sosiologi mobilitas dibagi menjadi dua yaitu mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal adalah perpindahan/ perubahan status sosial, misalnya dari orang miskin menjadi kaya. Mobilitas horizontal adalah perpindahan penduduk secara geografis. Mobilitas horizontal disebut juga dengan migrasi.

Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat ke satu tempat yang lain melewati batas administratif dengan tujuan menetap. Migrasi dibagi menjadi dua yaitu migrasi internasional dan migrasi nasional.

1. Migrasi Internasional

Migrasi intenasional adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain. Migrasi internasional terdiri dari:

a. Imigrasi adalah migrasi yang merupakan masuknya penduduk ke suatu negara. Orang yang melakukan imigrasi disebut imigran.
b. Emigrasi yaitu migrasi yang merupakan keluarnya penduduk suatu negara. Orang yang melakukan emigrasi disebut emigran.

2. Migrasi Nasional

Migrasi nasional adalah perpindahan yang terjadi di dalam satu negara misalnya antarpropinsi atau antarkota dalam propinsi.

Migrasi nasional terdiri dari:

a. Urbanisasi

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Orang yang melakukan urbanisasi disebut urban. Kota-kota besar yang biasanya dituju oleh para urban adalah Jakarta, Bandung, dan Surabaya. faktor-faktor yang memengaruhi urbanisasi ada dua yaitu faktor pendorong dari desa dan faktor penarik dari kota.

1) Faktor pendorong dari desa, di antaranya:

a) lapangan pekerjaan terbatas,
b) upah tenaga kerja rendah,
c) lahan pertanian semakin sempit, dan
d) fasilitas kurang memadai.

2) Faktor penarik dari kota, di antaranya:

a) lapangan kerja di kota lebih banyak dan bervariasi;
b) kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih baik;
c) kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih baik;
d) tersedianya berbagai jenis fasilitas seperti fasilitas pendidikan, perumahan, kesehatan, penerangan, hidup
dan transportasi; dan
e) adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, seperti tempat hiburan dan pusat kebudayaan lainnya.

Urbanisasi memiliki dampak negatif dan dampak positif bagi desa yang ditinggalkan serta menimbulkan dampak negatif bagi kota yang dituju.

1) Dampak negatif urbanisasi bagi desa adalah:

a) tenaga kerja usia muda berkurang,
b) produksi pertanian menurun, dan
c) pembangunan terhambat.

2) Dampak positif urbanisasi bagi desa adalah:

a) jumlah pengangguran di desa berkurang dan
b) taraf hidup penduduk di desa meningkat.

3) Dampak negatif urbanisasi bagi kota adalah:

a) banyak berdirinya rumah-rumah kumuh;
b) tingkat pengangguran di kota semakin tinggi;
c) pengangguran yang tinggi berpengaruh terhadap tingkat kejahatan yang tinggi. Seperti perampokan, penjambretan dan penipuan;
d) kepadatan penduduk di kota semakin meningkat; dan
e) kepadatan penduduk berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup, seperti pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran suara.

Untuk menghindari dampak negatif dari urbanisasi, maka harus dilakukan upaya untuk menanggulanginya. Usaha pemerintah untuk mengurangi terjadinya peningkatan urbanisasi di kota adalah:

1) melakukan pembangunan di daerah-daerah,
2) meningkatkan sarana transportasi di desa,
3) meningkatkan sarana komunikasi di desa,
4) meningkatkan kegiatan industri kecil di desa untuk menyerap tenaga kerja lebih banyak,
5) menambah fasilitas seperti fasilitas pendidikan, perumahan, dan kesehatan.

b. Transmigrasi

Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari daerah yang padat penduduknya ke daerah yang jarang penduduknya.

1) Tujuan Program Transmigrasi

a) Meratakan penyebaran jumlah penduduk
b) Mengurangi kepadatan penduduk
c) Meningkatkan kesejahteraan penduduk
d) Mengurangi pengangguran di daerah asal transmigrasi
e) Menambah tenaga kerja di daerah tujuan transmigrasi
f) Meningkatkan hasil pertanian di daerah tujuan transmigrasi
g) Memperlancar pembangunan di daerah tujuan transmigrasi

2) Daerah Asal dan Daerah Tujuan transmigrasi

Pada tahun 1975, pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Presiden (Kepres) Republik Indonesia No. 1 Tahun 1973 dan No.2 Tahun 1975 tentang syarat daerah asal dan daerah tujuan transmigrasi. Daerah asal transmigrasi yang diutamakan adalah pulau Jawa, Madura, Bali dan Lombok. Daerah tujuan transmigrasi adalah Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Riau, NAD, dan Lampung), Kalimantan ( Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan), Papua, Maluku dan Nusa Tenggara.

a) Syarat-syarat daerah asal transmigrasi adalah:

(1) Daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi
(2) Daerah kering dan tandus
(3) Daerah rawan bencana alam, seperti banjir, gempa, gunung meletus, dan lain-lain.
(4) Daerah dengan penduduk berpenghasilan rendah
(5) Daerah yang digunakan sebagai proyek pembangunan.

b) Syarat-syarat daerah tujuan transmigrasi adalah :

(1) Memiliki tanah yang subur untuk pertanian
(2) Adanya sumber pengairan untuk pertanian
(3) Aman dari bencana alam
(4) Memiliki fasilitas yang cukup, seperti pendidikan dan kesehatan
(5) Sarana dan prasarana transportasi baik.

3) Jenis-jenis Transmigrasi

Jenis-jenis transmigrasi yang dilakukan di Indonesia adalah:

a) Transmigrasi umum, adalah transmigrasi yang pelaksanaan dan pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah. Pembiayaan meliputi biaya perjalanan, biaya hidup, perumahan, lahan pertanian, bibit, dan alat-alat pertanian.
b) Transmigrasi swakarsa, adalah transmigrasi yang dibiayai oleh transmigran. Pemerintah hanya menyediakan tanah pertanian seluas dua hektar setiap keluarga.
c) Transmigrasi bedol des, adalah transmigrasi yang dilakukan oleh seluruh penduduk desa beserta aparatur pemerintah desa. Semua harta benda yang ditinggalkan penduduk mendapat ganti rugi dari pemerintah. Transmigrasi ini dilaksanakan karena daerah asal transmigran terkena proyek penting dari pemerintah. Contoh dari program trasmigrasi bedol desa adalah penduduk Wonogiri dan Kedungombo, Jawa Tengah yang terkena proyek Waduk Gajah Mungkur dan ditransmigrasikan ke Sitiung (Sumatra Barat).
d) Trasmigrasi spontan, adalah transmigrasi yang dilaksanakan atas kesadaran dan kemauan sendiri.

Rangkuman :
  1. Sumber daya manusia ialah segala potensi dan kemampuan yang ada dalam diri manusia yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan dan kelangsungan hidup manusia itu sendiri.
  2. Indikator untuk mengukur kuantitas sumber daya manusia ialah: jumlah penduduk, pertumbuhannya, penyebaran dan kepadatannya, serta komponennya.
  3. Komposisi penduduk ialah susunan atau pengelompokan penduduk berdasarkan kriteria tertentu, misalnya komposisi menurut jenis kelamin, angkatan kerja, komposisi rasio ketergantungan, dan sebagainya.
  4. Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas sumber daya manusia di antaranya ialah: ketenteraman atau ketenangan jiwa, taraf ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.
  5. Masalah-masalah kependudukan di Indonesia, antara lain tingkat pertumbuhan yang tinggi, besarnya struktur penduduk muda, tingginya tingkat pengangguran, rendahnya tingkat pendapatan, penyebaran geografis yang tidak merata, daerah kota yang terlalu padat, dan angka kematian bayi yang tinggi.
  6. Upaya-upaya pengendalian masalah kependudukan di Indonesia, antara lain dengan keluarga berencana, transmigrasi, dan pemerataan pembangunan.
  7. Kebudayaan ialah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara belajar, yang kesemuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
  8. Aspek-aspek kebudayaan meliputi: a) bahasa, b) teknologi dan kebudayaan material, c) sistem ekonomi atau mata pencaharian, d) organisasi sosial, e) sistem pengetahuan, f) sistem religi, g) kesenian.
  9. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya. Beratus-ratus bahasa, adat-istiadat, kesenian daerah, juga iptek yang modern.
  10. Keragaman budaya itu memiliki nilai ekonomis, antara lain merupakan unsur pemikat utama bagi para turis-turis mancanegara untuk datang ke Indonesia.
  11. Akulturasi budaya, di samping dapat memperkaya khazanah budaya, di sisi lain memiliki dampak negatif, yaitu merasuknya nilai-nilai budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
  12. Terhadap kemungkinan-kemungkinan itu, diperlukan sikap kritis, waspada, dan lebih meningkatkan kecintaan terhadap budaya bangsa sendiri.

Anda sekarang sudah mengetahui Sumber Daya Manusia,. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Dewi, N. 2009. Geografi 2 : untuk SMA dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 122.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar

Powered By Blogger