Jika Anda sudah lebih mahir mengelola keuangan , maka tahapan lanjutan yang sebaiknya dilakukan adalah berinvestasi. Anda tentu ingin menyiapkan dana untuk masa depan anak dan keluarga bukan? Namun, kadang sulit mengejar tingginya harga barang dan jasa yang terkena imbas inflasi yang meningkat setiap tahun.
Ahmad Gozali, perencana keuangan, menjelaskan, investasi merupakan kebutuhan masa depan dengan jumlah yang besar di kemudian hari. Pastikan Anda sudah lebih dahulu memiliki tabungan agar investasi bisa berjalan optimal.
"Sebaiknya jangan menggunakan dana investasi untuk kebutuhan sehari-hari. Karenanya, pastikan Anda sudah lebih dahulu menabung sebagai dana cadangan. Untuk karyawan, sebaiknya menabung 3-6 kali dari pengeluaran bulanan. Sedangkan untuk pengusaha sebanyak 6-12 kali dari pengeluaran bulanan. Untuk pegawai negeri sipil, masih aman menabung 1-2 kali dari pengeluaran bulanan karena risiko berhenti kerja atau PHK sangat kecil. Dana ini digunakan untuk membiayai hidup selama 3-4 bulan tanpa penghasilan (PHK atau berhenti bekerja)," jelas Gozali dalam workshop keuangan bertema "Salary vs Selera", yang diadakan oleh EXPERD di Barcode Kemang Jakarta, Sabtu (24/7/2010).
Tujuan investasi harus jelas, tegas Gozali. Penting untuk mengenali ragam jenis investasi dari urutan risiko terendah hingga tertinggi. Gozali menyebutkan jenis investasi yang disebutnya sebagai tangga investasi:
Dana cadangan
Dana cadangan lebih kepada tabungan. Pastikan Anda sudah menyiapkan dana ini sebelum memilih tiga jenis investasi berdasarkan tingkat risiko. Produk dana cadangan bisa berupa tabungan, deposito, atau emas. Jumlahnya mulai dari tiga kali dari jumlah pengeluaran rutin setiap bulan.
"Jumlah pengeluaran biasanya selalu lebih tinggi dari pendapatan. Karenanya, perlu disiapkan dana cadangan dengan menghitungnya dari biaya pengeluaran, bukan penghasilan," jelas Gozali.
Investasi risiko rendah
Investasi ini termasuk kategori jangka pendek. Produknya, tabungan berjangka, valas, emas, sukuk atau obligasi syariah, pasar uang, asuransi investasi, ORI, reksa dana, atau unit link.
Investasi risiko menengah
Valas, properti, reksa dana, atau unit link bisa menjadi pilihan investasi kategori risiko menengah.
Investasi risiko tinggi
Bursa saham termasuk instrumen investasi yang berisiko paling tinggi, selain valas atau indeks. Reksa dana atau unit link berbentuk saham juga sangat berisiko tinggi.
Dengan mengenali investasi berdasarkan risiko, Anda bisa lebih bijak memilih investasi. Selain tentu saja terdapat sejumlah faktor yang menentukan sebaiknya Anda berinvestasi di produk apa. Portofolio investasi menjadi faktor pertimbangan lain dalam memilih investasi yang tepat.
Ahmad Gozali, perencana keuangan, menjelaskan, investasi merupakan kebutuhan masa depan dengan jumlah yang besar di kemudian hari. Pastikan Anda sudah lebih dahulu memiliki tabungan agar investasi bisa berjalan optimal.
"Sebaiknya jangan menggunakan dana investasi untuk kebutuhan sehari-hari. Karenanya, pastikan Anda sudah lebih dahulu menabung sebagai dana cadangan. Untuk karyawan, sebaiknya menabung 3-6 kali dari pengeluaran bulanan. Sedangkan untuk pengusaha sebanyak 6-12 kali dari pengeluaran bulanan. Untuk pegawai negeri sipil, masih aman menabung 1-2 kali dari pengeluaran bulanan karena risiko berhenti kerja atau PHK sangat kecil. Dana ini digunakan untuk membiayai hidup selama 3-4 bulan tanpa penghasilan (PHK atau berhenti bekerja)," jelas Gozali dalam workshop keuangan bertema "Salary vs Selera", yang diadakan oleh EXPERD di Barcode Kemang Jakarta, Sabtu (24/7/2010).
Tujuan investasi harus jelas, tegas Gozali. Penting untuk mengenali ragam jenis investasi dari urutan risiko terendah hingga tertinggi. Gozali menyebutkan jenis investasi yang disebutnya sebagai tangga investasi:
Dana cadangan
Dana cadangan lebih kepada tabungan. Pastikan Anda sudah menyiapkan dana ini sebelum memilih tiga jenis investasi berdasarkan tingkat risiko. Produk dana cadangan bisa berupa tabungan, deposito, atau emas. Jumlahnya mulai dari tiga kali dari jumlah pengeluaran rutin setiap bulan.
"Jumlah pengeluaran biasanya selalu lebih tinggi dari pendapatan. Karenanya, perlu disiapkan dana cadangan dengan menghitungnya dari biaya pengeluaran, bukan penghasilan," jelas Gozali.
Investasi risiko rendah
Investasi ini termasuk kategori jangka pendek. Produknya, tabungan berjangka, valas, emas, sukuk atau obligasi syariah, pasar uang, asuransi investasi, ORI, reksa dana, atau unit link.
Investasi risiko menengah
Valas, properti, reksa dana, atau unit link bisa menjadi pilihan investasi kategori risiko menengah.
Investasi risiko tinggi
Bursa saham termasuk instrumen investasi yang berisiko paling tinggi, selain valas atau indeks. Reksa dana atau unit link berbentuk saham juga sangat berisiko tinggi.
Dengan mengenali investasi berdasarkan risiko, Anda bisa lebih bijak memilih investasi. Selain tentu saja terdapat sejumlah faktor yang menentukan sebaiknya Anda berinvestasi di produk apa. Portofolio investasi menjadi faktor pertimbangan lain dalam memilih investasi yang tepat.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar