Amlexanox, Kandidat Baru Obat Diabetes dan Obesitas

Bookmark and Share

Para peneliti di University of Life Sciences Michigan Institute telah menemukan bahwa amlexanox (biasa dikenal Aphthasol) dapat  digunakan terhadap penyakit seperti obesitas, diabetes dan perlemakan hati pada tikus. Obat ini belum dipatenkan ini telah digunakan untuk pengobatan asma dan pengobatan lainnya. Penemuan ini dilakukan oleh laboratorium yang dipimpin oleh alan Saltiel, yaitu Direktur Mary Sue Coleman, Life Sciences Institute, Universitas Michigan (UM). Temuan ini akan diterbitkan secara online pada tanggal 10 Februari di jurnal Nature Medicine.

"Salah satu alasan bahwa diet tidak lagi efektif terhadap penurunan berat badan bagi sebagian orang adalah karena tubuh mereka menyesuaikan diri dengan pengurangan kalori dan menurunkan proses metabolisme, sehingga diet tidak akan menurunkan berat badan mereka," kata Saltiel. "Amlexanox tampaknya menaikkan respon metabolik terhadap penyimpanan kalori yang berlebihan pada tikus."
Tikus gemuk di sebelah kanan diberi diet tinggi lemak (diet ketogenik). Tikus di sebelah kiri diberi makan diet yang sama namun berat badannya normal setelah diberi asupan amlexanox.
Tikus gemuk di sebelah kanan diberi pola makan (diet) dengan asupan tinggi lemak (diet ketogenik). Tikus di sebelah kiri diberi pola makan yang sama, namun berat badannya normal setelah diberi asupan amlexanox. Diet ketogenik yaitu diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat sebelumnya telah berhasil digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi kejang pada anak dengan epilepsi karena resistan terhadap obat. Hal ini karena ketika tubuh kekurangan karbohidrat dan gula, maka tubuh akan menggunakan cadangan lemak untuk membentuk energi. (Credit: Shannon Reilly)
Formulasi yang berbeda dari amlexanox saat ini digunakan untuk mengobati asma di Jepang dan sariawan di Amerika Serikat. Saltiel bekerja sama dengan spesialis uji klinis di UM untuk menguji apakah amlexanox akan berguna untuk mengobati obesitas dan diabetes pada manusia. Dia juga bekerja sama dengan ahli kimia obat di UM untuk mengembangkan senyawa baru dari amlexanox yang akan mengoptimalkan formula obat ini.

Studi ini muncul untuk mengkonfirmasi dan mengembangkan gagasan bahwa, gen IKKE dan TBK1 memainkan peran penting untuk menjaga keseimbangan metabolisme. Penemuan tersebut diterbitkan oleh laboratorium Saltiel pada tahun 2009 di jurnal Cell.

"Amlexanox tampaknya bekerja pada tikus dengan menghambat dua gen, yaitu IKKE dan TBK1, dimana kedua gen ini bertindak semacam “rem” pada metabolisme," kata Saltiel. "Dengan melepaskan rem, amlexanox tampaknya membebaskan sistem metabolisme untuk membakar lebih banyak kalori."

Peralatan identifikasi kimia berkinerja tinggi  digunakan untuk mencari senyawa yang menghambat IKKE dan TBK. Para peneliti kemudian menunjukkan bahwa amlexanox memiliki efek yang menguntungkan baik secara genetik dan diet pada tikus yang gemuk. Senyawa pada obat ini menurunkan berat badan tikus yang gemuk dan membalikkan efek masalah metabolisme seperti diabetes dan perlemakan hati.

"Studi ini memberitahu kita bahwa, setidaknya pada tikus, jalur IKKE/TBK1 memainkan peran penting dalam mempertahankan berat badan dengan meningkatkan penyimpanan dan menurunkan pembakaran kalori. Dengan menghambat jalur tersebut menggunakan senyawa pada amlexlanox, kita dapat meningkatkan metabolisme dan mendorong penurunan berat badan, menyembuhkan diabetes dan mengurangi perlemakan hati, "kata Saltiel.

Obat ini telah di pasarkan di Jepang selama lebih dari 25 tahun.

Namun, para peneliti belum mengetahui apakah obat tersebut memiliki efek yang sama tehadap manusia. Penemuan efektivitas amlexanox pada tikus dapat dapat digunakan untuk pengembangan senyawa yang aman dan efektif untuk mengobati obesitas dan diabetes pada manusia. "Kami akan bekerja keras untuk mengetahui hal itu," kata Saltiel.

Pencarian Saltiel pada obat yang menargetkan jalur IKKE/TBK1 didukung oleh Life Science Institute's Innovation Partnership yang menyediakan dana filantropi dan bimbingan bisnis untuk membantu mengarahkan penelitian yang menjanjikan menuju komersialisasi.

Penelitian ini juga didukung oleh National Institutes of Health, the Michigan Diabetes Research and Training Center, the Michigan Institute for Clinical and Health Research dan the Nathan Shock Center in the Basic Biology of Aging.

Referensi Jurnal :
  1. Shannon M Reilly, Shian-Huey Chiang, Stuart J Decker, Louise Chang, Maeran Uhm, Martha J Larsen, John R Rubin, Jonathan Mowers, Nicole M White, Irit Hochberg, Michael Downes, Ruth T Yu, Christopher Liddle, Ronald M Evans, Dayoung Oh, Pingping Li, Jerrold M Olefsky, Alan R Saltiel. An inhibitor of the protein kinases TBK1 and IKK-ɛ improves obesity-related metabolic dysfunctions in miceNature Medicine, 2013; DOI: 10.1038/nm.3082.
Artikel ini merupakan terjemahan dari materi yang disediakan oleh University of Michigan via Science Daily (10 Februari 2013). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar

Powered By Blogger