Hidrosfer : Siklus Hidrologi, Air Tanah, Sungai, Danau, Rawa, Laut - Bumi merupakan satu-satunya planet dalam sistem keluarga matahari yang sebagian besar wilayahnya tertutup oleh wilayah perairan, baik dalam bentuk padat (lembaran-lembaran salju dan es), cair, maupun bentuk gas (uap air). Bentang perairan yang menyelubungi planet Bumi dinamakan hidrosfer. Berdasarkan hasil pengamatan para ahli hidrosfer menutupi sekitar ¾ bagian muka Bumi, baik yang terletak di kawasan darat dalam bentuk air permukaan (sungai, danau, rawa, laut), dan air tanah, ataupun di atmosfer dalam bentuk uap air. Cabang ilmu kebumian yang secara khusus mempelajari bentang perairan terutama di kawasan darat adalah hidrologi, sedangkan yang mempelajari permasalahan yang berhubungan dengan bentang perairan laut dinamakan oseanografi.
A. Siklus Hidrologi
Sirkulasi atau perputaran massa air di Bumi diawali dengan proses pemanasan muka Bumi oleh pancaran sinar matahari. Akibat proses pemanasan ini, sebagian massa air mengalami penguapan ke udara.
Proses penguapan air terjadi dalam beberapa cara yaitu sebagai berikut.
- Evaporasi, adalah proses penguapan air dari permukaan Bumi (yang berasal dari danau, laut, dan sungai) secara langsung melalui pemanasan atau penyinaran matahari.
- Transpirasi, adalah proses penguapan air dari tubuh makhluk hidup melalui aktivitas metabolisme organisme (tumbuhan, hewan, dan manusia).
- Evapotranspirasi, adalah gabungan proses penguapan evaporasi dan transpirasi.
Pada saat massa air menguap ke atmosfer, uap air tersebut mengalami penurunan suhu yaitu 0,5°C–0,6°C. Akibat penurunan suhu atmosfer terjadi proses kondensasi atau pengembunan di mana uap air kembali berubah menjadi titik-titik air yang dikenal dengan awan. Kumpulan awan pada atmosfer ada kalanya dipindahkan lokasinya ke wilayah lain oleh gerakan angin. Namun, terkadang langsung dijatuhkan kembali sebagai curahan hujan atau presipitasi. Di daerah pegunungan tinggi, curahan hujan ini dapat terjadi dalam bentuk kristal es dan salju karena suhu udara di sekitarnya sangat dingin di bawah titik beku.
Gambar 1. Siklus hidrologi yang terjadi di alam sebagai fenomena hidrosfer. |
Beberapa proses alam yang terjadi pada saat hujan turun adalah sebagai berikut.
- Langsung jatuh kembali ke laut.
- Sebelum sampai ke permukaan Bumi, langsung menguap kembali ke atmosfer.
- Jatuh di atas daun-daun dan ranting tetumbuhan dan menguap kembali ke atmosfer sebelum sampai ke permukaan Bumi. Proses penguapan titik-titik air hujan dari ranting dan dedaunan ini dinamakan intersepsi.
- Jatuh ke permukaan Bumi dan meresap melalui lapisan-lapisan tanah dan menjadi persediaan air tanah. Proses ini dinamakan infiltrasi.
- Jatuh ke permukaan Bumi dan menggenang, kemudian bergerak atau mengalir di permukaan Bumi sebagai air larian permukaan (surface run off). Proses ini dapat terjadi jika tanah sudah jenuh air karena hujan berlangsung lama dengan intensitas tinggi atau tanahnya miring.
Proses transformasi massa air ini terus berlangsung, seolah-olah membentuk lingkaran daur yang tidak terputus. Oleh karena itu, proses sirkulasi air di Bumi ini dinamakan Siklus Hidrologi.
B. Air Tanah
Pada pembahasan daur hidrologi telah kita bicarakan bahwa pada saat turun hujan, sebagian titik-titik air hujan tersebut akan meresap ke dalam pori-pori tanah dan menjadi cadangan air tanah. Besar kecilnya daya serap lapisan-lapisan tanah dinamakan kapasitas infiltrasi.
Kapasitas infiltrasi sangat bergantung dari fenomena alam berikut.
1. Tingkat Kelembapan Tanah
Tanah-tanah yang kondisinya kering memiliki kemampuan untuk menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan tanah yang lembap, bahkan tanah yang jenuh dengan air tidak mampu lagi menyerap air dari permukaan tanah.
2. Tingkat Poreusitas Tanah atau Batuan
Poreusitas adalah banyak tidaknya pori-pori tanah yang dapat meloloskan air dari satu lapisan ke lapisan tanah lainnya. Tanah-tanah yang gembur dengan poreusitas tinggi mampu menyerap dan meloloskan air lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang padat (pejal). Jenis batuan atau tanah yang tidak dapat menyerap dan meloloskan air dinamakan lapisan kedap air atau lapisan impermeabel.
3. Kemiringan Lereng
Tanah-tanah yang datar memiliki kapasitas infiltrasi lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang miring. Sebagian besar air hujan yang jatuh di daerah-daerah dengan kemiringan lereng tinggi sering kali langsung bergerak sebagai air larian, sedangkan di daerah yang relatif datar lebih banyak yang meresap ke dalam pori-pori tanah. Massa air yang berinfiltrasi dari permukaan bumi seperti diungkapkan tersebut, selanjutnya meresap ke dalam lapisan-lapisan tanah sampai pada batas batuan atau yang impermeabel. Di atas lapisan impermeabel massa air itu berkumpul membentuk air tanah permukaan (air tanah freatik).
Kedalaman air tanah freatik ini tentunya berbeda-beda di berbagai tempat, bergantung pada lokasi lapisan impermeabel dan banyaknya massa air tanah. Di wilayah perbukitan atau pegunungan, biasanya lokasi air tanah sangat dalam, sedangkan di kawasan dataran atau cekungan, lokasinya relatif dangkal. Fluktuasi kedalaman air tanah freatik juga sangat bergantung dari musim. Pada musim penghujan, biasanya tinggi muka air tanah relatif lebih dangkal dibandingkan saat musim kemarau.
Geografika :
Kecepatan air masuk ke dalam tanah akan bergantung pada ketertembusan formasi yang memungkinkan air melintas. Batuan atau tanah tersebut harus permeabel, itu berarti bahwa benda ini dapat ditembus oleh air. (Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000)
Air tanah freatik dapat dimanfaatkan oleh penduduk sebagai sumber daya air bersih dengan cara membuat sumur gali. Oleh karena itu untuk mengetahui rata-rata kedalaman muka air tanah freatik di suatu tempat, kita dapat mengamati rata-rata kedalaman sumur gali yang dimiliki penduduk di sekitar daerah tersebut.
Gambar 2. Bagan Air tanah artesis. |
Di bawah lapisan batuan impermeabel (lapisan kedap air) juga terdapat massa air tanah yang dikenal dengan air tanah dalam atau air artesis. Lokasi air artesis biasanya sangat dalam dan terletak di antara lapisan batuan kedap air yang keras, namun jumlah atau persediaannya jauh lebih banyak dibandingkan dengan air tanah freatik. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan air tanah dalam biasa diupayakan melalui pembuatan sumur-sumur artesis atau sumur bor.
C. Sungai dan Pemanfaatannya
Sungai dapat didefinisikan sebagai massa air tawar yang mengalir secara alamiah mulai dari sumber air sampai ke muara. Sumber air sungai umumnya berasal dari mata air yang keluar dari dalam tanah melalui celah-celah atau retakan batuan. Selain dari resapan air hujan sumber air sungai dapat pula berupa pencairan es atau gletser. Adapun badan-badan air yang dapat berfungsi sebagai muara sungai antara lain laut, danau, atau sungai lain.
Berkaitan dengan masalah sungai, orang sering mendengar istilah Daerah Aliran Sungai (DAS), baik dari media cetak maupun elektronik. Sebagai contoh DAS Ci Tarum, DAS Ci Manuk, DAS Batang Hari, atau DAS Bengawan Solo. Daerah Aliran Sungai adalah keseluruhan wilayah yang airnya berpelepasan pada sungai induk (sungai utama) bersama dengan anak-anak sungainya jika terjadi hujan. Antara satu daerah aliran sungai dengan daerah aliran sungai yang lain biasanya dibatasi jalur punggungan berupa perbukitan atau pegunungan. Wilayah pembatas dua DAS dikenal dengan istilah Batas Pengaliran Sungai (igir).
Gambar 3. Daerah daerah aliran sungai (DAS) dan batas derah aliran sungai atau igir. |
Secara umum, daerah aliran sungai dibagi menjadi 3 wilayah, yaitu sebagai berikut.
1. Daerah Aliran Hulu
Ciri-ciri khas yang menandai wilayah pengaliran bagian hulu antara lain:
a. biasanya merupakan daerah berbukit-bukit atau bergunung-gunung;
b. lembah sungai umumnya menyerupai huruf V dengan tebing curam. Bentuk lembah ini dikarenakan aliran air sungai masih sangat deras sehingga proses erosi menggerus ke dasar sungai;
c. di sekitar badan sungai banyak dijumpai bongkah-bongkah batuan yang berukuran besar dan bersudut relatif runcing;
d. banyak terdapat jeram atau air terjun.
2. Daerah Aliran Tengah
Ciri-ciri khas daerah aliran tengah antara lain:
a. wilayah bagian tengah pada umumnya sudah merupakan kawasan dataran yang relatif landai;
b. kondisi wilayah yang landai memungkinkan proses erosi berlangsung ke arah vertikal dan lateral secara seimbang, sehingga bentuk lembah biasanya menyerupai huruf U;
c. di sekitar badan sungai banyak dijumpai batu-batu guling yang permukaannya relatif bulat dan ukurannya tidak sebesar batuan di wilayah hulu. Batu-batu guling yang permukaannya relatif bulat ini terjadi akibat pemolesan oleh material yang diangkut air sungai, terutama kerikil dan pasir;
d. jeram dan air terjun sudah jarang dijumpai atau bahkan tidak ada.
3. Daerah Aliran Hilir
Wilayah pengaliran bagian hilir ditandai dengan ciri khas antara lain:
a. merupakan kawasan yang sangat datar dan mendekati muara sungai;
b. aliran sungai sangat lamban;
c. banyak dijumpai aliran sungai yang berkelok-kelok (meander),
d. banyak terdapat kali mati (oxbow lake), yaitu aliran meander yang terpotong;
e. merupakan daerah dataran banjir (flood plain) yang cukup luas;
f. bentuk lembah sangat lebar; dan
g. banyak dijumpai bantaran sungai sebagai hasil sedimentasi lumpur dan pasir-pasir yang halus.
1. Klasifikasi Sungai
Sungai dapat digolongkan dengan berbagai dasar penggolongan. Sebagian para ahli mencoba menggolongkan sungai berdasarkan sumber airnya. Ada pula yang menggolongkan berdasarkan kekekalan pengaliran airnya.
Berdasarkan sumber airnya, sungai dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a. Sungai Hujan
Sungai hujan adalah sungai yang sumber airnya berasal dari resapan air hujan. Air hujan yang meresap tersebut kemudian keluar sebagai mata air melalui rekahan atau celah batuan dan mengalir sebagai sungai. Sebagian besar sungai-sungai yang terdapat di Indonesia termasuk ke dalam jenis sungai hujan. Agar sungai hujan berair sepanjang tahun, bagian hulu sungai yang merupakan wilayah perbukitan atau pegunungan harus dijaga kelestariannya, terutama kelestarian hutan dan vegetasi pendukungnya sehingga daya resap tanah di wilayah tersebut tetap tinggi.
b. Sungai Gletser
Sungai gletser adalah jenis sungai yang sumber airnya berasal dari pencairan es atau gletser. Sungai jenis ini jarang terdapat di wilayah negara kita, kecuali beberapa sungai di Papua yang sumber airnya berasal dari Pegunungan Jayawijaya, seperti bagian hulu Sungai Membramo dan Sungai Digul.
c. Sungai Campuran
Sungai campuran yaitu jenis sungai gletser yang mendapat tambahan air dari curahan hujan, seperti bagian tengah dan hilir kedua sungai di Papua tersebut.
Dilihat dari kekekalan pengalirannya, sungai dibedakan menjadi dua macam, yaitu sungai episodik dan periodik.
1. Sungai episodik adalah jenis sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan debit air stabil tanpa dipengaruhi oleh perubahan musim kemarau dan penghujan. Sungai episodik dinamakan pula sungai parenial.
2. Sungai periodik adalah jenis sungai yang debit airnya sangat bergantung dari perubahan musim. Pada musim penghujan, debit airnya cukup tinggi bahkan dapat menimbulkan banjir bandang. Akan tetapi, pada musim kemarau debit airnya turun drastis bahkan kering. Sungai periodik sering disebut pula sungai euphemeral atau nonpermanen. Di wilayah gurun, sungai semacam ini dinamakan Wadi.
Geografia :
Sebuah sungai dapat dibedakan dari danau dan lautan karena sungai memiliki ciri-ciri khusus, yaitu sebagai berikut.
1. Mengalir menurun.
2. Pengalirannya tidak tetap.
3. Mengangkut suatu beban.
4. Mengalir mengikuti saluran tertentu yang di kanan-kirinya dibatasi oleh suatu tebing yang biasanya curam.
(Sumber: Geomorfologi Umum Jilid 1, 1998)
2. Pola Pengaliran Sungai
Sistem pengaliran sungai beserta anak-anak sungainya di suatu daerah memperlihatkan pola-pola pengaliran tertentu. Hal ini umumnya bergantung dari beberapa faktor, seperti kondisi morfologi daerah, kemiringan lereng, serta struktur dan kekerasan batuan. Kita mengenal 7 pola pengaliran sungai yang biasa dijumpai, yaitu sebagai berikut.
a. Pola Dendritik
Pola dendritik adalah sistem pengaliran sungai dalam suatu DAS di mana anak-anak sungai yang bermuara ke sungai utama membentuk sudut yang tidak beraturan, ada yang lancip maupun tumpul.
b. Pola Pinnate
Pola pinnate adalah sistem pola pengaliran sungai dalam suatu DAS di mana anak-anak sungai yang bermuara ke sungai utamanya membentuk sudut lancip. Pola pengaliran semacam ini banyak dijumpai di daerahdaerah yang memiliki kemiringan lereng tinggi atau curam.
c. Pola Trellis
Pola trellis adalah sistem pola pengaliran sungai yang relatif sejajar dengan anak-anak sungai membentuk sudut hampir tegak lurus terhadap sungai utama. Pola trellis banyak dijumpai di kawasan kompleks pegunungan lipatan atau patahan.
d. Pola Paralel
Pola paralel, adalah sistem pengaliran sungai dalam suatu DAS di mana sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut relatif sejajar satu sama lain. Pola pengaliran semacam ini banyak dijumpai di wilayah pegunungan atau perbukitan yang memanjang dengan kemiringan lereng yang sangat curam.
e. Pola Radial
Pola radial adalah sistem pola pengaliran sungai-sungai yang menyebar dari suatu puncak ke arah lereng-lereng lembahnya. Pola semacam ini banyak kita jumpai di wilayah gunung api yang berbentuk kerucut.
f. Pola Sentripetal
Pola sentripetal adalah sistem pengaliran sungai yang memusat ke daerah depresi atau basin (cekungan).
g. Pola Annular
Pola annular adalah sistem pola pengaliran sungai yang melingkar. Pola pengaliran annular banyak dijumpai di kawasan morfologi kubah (domes).
Gambar 4. Pola aliran sungai. a) Pola Annular b) Pola Dendritik c) Pola Trellis d) Pola Paralel |
3. Manfaat Sungai bagi Kehidupan
Sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang disediakan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan makhluk lain di muka Bumi. Namun pada saat ini, manfaat sungai sudah banyak berkurang, hal ini disebabkan banyak sungai sudah mulai tercemar oleh tangan-tangan manusia.
Pada zaman dahulu, ketika air sungai belum terkena polusi, masyarakat di wilayah sekitar sungai biasa menggunakan sumber daya sungai untuk keperluan sehari-hari, seperti dalam pemenuhan kebutuhan air bersih untuk minum, mandi, dan mencuci. Selain itu sungai juga merupakan sumber perikanan air tawar. Oleh karena itu, banyak kita jumpai perkampungan-perkampungan penduduk tradisional sepanjang aliran sungai.
Pada saat ini sudah jarang kita temui masyarakat yang memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan hidup, kecuali di daerah-daerah tertentu seperti Sumatra dan Kalimantan. Hal tersebut terkadang terpaksa dilakukan karena sulitnya memenuhi kebutuhan sarana air bersih. Untuk mengatasi permasalahan polusi air sungai, pemerintah sudah mengupayakan melalui Program Kali Bersih (Prokasih), dengan maksud untuk mengembalikan kualitas air sungai, seperti telah dilakukan di sepanjang kali Ciliwung (DKI Jakarta), dan DAS Citarum. Namun program pemerintah ini tidak mungkin berhasil dengan optimal jika tidak didukung oleh kesadaran masyarakat untuk turut menjaga kelestariannya.
Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah yang memiliki sungai-sungai besar seperti di Sumatra, Kalimantan, dan Papua, sungai biasa dimanfaatkan sebagai prasarana transportasi. Beberapa sungai yang biasa dimanfaatkan untuk jalur lalu lintas air antara lain sungai Kapuas, Barito, Musi, Batang Hari, dan Kahayan.
Tabel 1. Beberapa Sungai di Indonesia yang Digunakan sebagai Jalur Lalu Lintas
Nama Sungai | Lokasi | Panjang Sungai |
Kapuas | Kalimantan Barat | 998 km |
Barito | Kalimantan | 704 km |
Membramo | Papua | 684 km |
Digul | Papua | 546 km |
Musi | Sumatra Selatan | 507 km |
Batang Hari | Sumatra | 485 km |
Indragiri | Sumatra | 415 km |
Kahayan | Kalimantan | 343 km |
Mahakam | Kalimantan | 334 km |
Sumber: Geografi Regional Indonesia, 1987 |
Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, beberapa sungai di negara kita yang memenuhi persyaratan telah dimanfaatkan dalam bidang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), melalui pembuatan bendungan atau waduk. Contoh bendungan-bendungan yang berhasil dibangun pemerintah antara lain sebagai berikut.
a. Waduk Jatiluhur, Saguling, dan Cirata (Jawa Barat), dengan membendung Citarum.
b. Waduk Gajah Mungkur (Jawa Tengah) yang membendung Kali Serayu.
c. Waduk Cacaban (Jawa Tengah) dengan membendung Kali Cacaban.
d. Waduk Wlingi dan Karangkates (Jawa Timur) yang membendung Kali Brantas.
e. Waduk Asahan (Sumatra Utara), dengan membendung Sungai Asahan.
f. Waduk Melahayu (Jawa Tengah) yang membendung Kali Kabuyutan.
D. Danau dan Pemanfaatannya
Bentang perairan darat yang juga banyak kita jumpai adalah danau. Secara sederhana, danau dapat diartikan sebagai suatu cekungan muka Bumi yang secara alamiah terisi oleh massa air (umumnya air tawar) dalam jumlah relatif besar. Sebagian besar sumber air yang mengisi cekungan danau berasal dari air hujan dan aliran sungai yang bermuara ke danau yang bersangkutan. Pada beberapa wilayah yang memiliki tingkat penguapan sangat tinggi, kita jumpai danau yang airnya memiliki kadar garam atau salinitas tinggi. Contoh danau air asin, antara lain Great Salt Lake, Laut Kaspia, dan Laut Mati.
Berdasarkan proses terbentuknya, danau dibedakan menjadi tujuh macam, yaitu sebagai berikut.
a. Danau Tektonik adalah danau yang terjadi akibat adanya proses tektonik yang mengakibatkan dislokasi lapisan batuan, seperti lipatan, dan patahan. Pada bagian muka Bumi yang mengalami pemerosotan diisi oleh air. Contoh danau tektonik yang terdapat di Indonesia antara lain Danau Poso, Towuti, Singkarak, Tempe, dan Takengon.
b. Danau Vulkanik adalah jenis danau yang terletak pada bekas lubang kepundan (kawah) sebuah gunungapi, seperti Danau Kelimutu, Kerinci, Rinjani, Telaga Warna, dan Danau Batur.
c. Danau Tekto-vulkanik adalah jenis danau yang terbentuk dari gabungan proses tektonik dan vulkanik, misalnya Danau Toba.
d. Danau Karst (Dolina) adalah danau yang biasa dijumpai di wilayah berbatu gamping sebagai akibat pelarutan batu kapur yang membentuk cekungan-cekungan yang terisi air.
e. Danau Glasial adalah jenis danau yang terbentuk akibat erosi oleh gletser. Jenis danau glasial banyak dijumpai di wilayah sekitar kawasan iklim kutub. Contoh danau glasial antara lain Danau Ontario, Danau Superior, Danau Mc. Kanzie, Danau Michigan, dan Danau St. Laurence di sekitar Amerika Serikat dan Kanada.
f. Cirques adalah danau yang airnya berasal dari pencairan es. Cirques banyak dijumpai di wilayah pegunungan tinggi yang sebagian tubuhnya tertutup massa es.
g. Danau Buatan atau sering disebut Bendungan (Waduk). Seperti halnya sungai, danau merupakan wahana sumber daya air yang dapat kita manfaatkan bagi kebutuhan hidup manusia.
Selain untuk memenuhi kebutuhan air bersih, dalam sektor perikanan danau adalah salah satu sumber penghasil ikan air tawar yang cukup potensial. Contoh danau di negara kita sebagai penghasil ikan air tawar antara lain Danau Poso dan Danau Tempe di Sulawesi. Pada saat ini, pemerintah melalui Dinas Perikanan bersama-sama masyarakat tengah mengembangkan cara pembudidayaan ikan air tawar di danau bendungan dengan sistem jala terapung, seperti diupayakan di Waduk Jatiluhur, Saguling, dan Cirata Jawa Barat.
Dalam sektor pertambangan, ada beberapa danau di kawasan Indonesia yang mengandung mineral logam, misalnya tambang Nikel di Danau Matana dan Towuti, Soroako Sulawesi Selatan. Untuk mengeksploitasi bahan galian di kedua danau ini, Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia yang diwakili oleh PT Aneka Tambang bekerja sama dengan perusahaan eksplorasi tambang Amerika Serikat
yaitu ARCO dalam bentuk joint venture (kerja sama bagi hasil).
Danau juga dapat dimanfaatkan untuk irigasi yang dapat mengairi lahan pertanian penduduk, sehingga pada saat kemarau panjang para petani tidak kesulitan untuk mengairi sawahnya. Selain itu panorama danau yang indah merupakan salah satu daya tarik dalam sektor pariwisata. Beberapa danau di negara kita sudah sangat terkenal di mancanegara karena keindahannya, misalnya Danau Toba (Sumatra Utara), Kelimutu (Flores), Singkarak (Sumatra Barat), dan Danau Batur (Bali).
E. Rawa dan Pemanfaatannya
Rawa atau paya-paya adalah daerah di sekitar muara sungai yang cukup luas, merupakan wilayah lumpur dengan kadar air relatif tinggi. Kawasan rawa banyak kita jumpai di pantai Timur Sumatra, sekitar dataran rendah Kalimantan, dan pantai selatan Papua.
1. Rawa yang Airnya Selalu Tergenang
Rawa-rawa yang airnya selalu tergenang ditandai dengan tanah dan air di sekitar wilayah tersebut sangat asam dan berwarna kemerah-merahan akibat reaksi oksida besi. pH tanahnya berkisar antara 4–4,5.
Kondisi tanah yang terlalu asam ini sangat menyulitkan makhluk hidup (hewan dan tetumbuhan) dapat bertahan di wilayah ini. Oleh karena itu, rawa yang airnya selalu tergenang sulit untuk dimanfaatkan oleh manusia.
2. Rawa yang Airnya Tidak Selalu Tergenang
Jenis rawa ini memperoleh pergantian air tawar yang berasal dari limpahan air sungai saat terjadi pasang naik laut. Proses pergantian air yang senantiasa berlangsung mengakibatkan kondisi air di wilayah rawa tidak terlalu asam sehingga beberapa jenis hewan dan tanaman mampu hidup dan beradaptasi dengan wilayah ini. Jenis flora khas yang tumbuh di wilayah rawa antara lain manggrove, nipah, dan rumbia. Penduduk yang tinggal di sekitar kawasan pantai biasa memanfaatkan wilayah rawa yang airnya tidak terlalu asam dengan budidaya sawah pasang surut.antara lain Danau Poso dan Danau Tempe di Sulawesi. Pada saat ini, pemerintah melalui Dinas Perikanan bersama-sama masyarakat tengah mengembangkan cara pembudidayaan ikan air tawar di danau bendungan dengan sistem jala terapung, seperti diupayakan di Waduk Jatiluhur, Saguling, dan Cirata Jawa Barat.
Dalam sektor pertambangan, ada beberapa danau di kawasan Indonesia yang mengandung mineral logam, misalnya tambang Nikel di Danau Matana dan Towuti, Soroako Sulawesi Selatan. Untuk mengeksploitasi bahan galian di kedua danau ini, Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia yang diwakili oleh PT Aneka Tambang bekerja sama dengan perusahaan eksplorasi tambang Amerika Serikat yaitu ARCO dalam bentuk joint venture (kerja sama bagi hasil).
Danau juga dapat dimanfaatkan untuk irigasi yang dapat mengairi lahan pertanian penduduk, sehingga pada saat kemarau panjang para petani tidak kesulitan untuk mengairi sawahnya. Selain itu panorama danau yang indah merupakan salah satu daya tarik dalam sektor pariwisata. Beberapa danau di negara kita sudah sangat terkenal di mancanegara karena keindahannya, misalnya Danau Toba (Sumatra Utara), Kelimutu (Flores), Singkarak (Sumatra Barat), dan Danau Batur (Bali).
F. Bentang Perairan Laut
Permukaan planet Bumi yang luasnya mencapai 510 juta km2, sekitar 71% merupakan bentang perairan laut, sedangkan wilayah daratnya hanya sekitar 29% saja. Begitu luasnya wilayah laut yang menutupi Bumi sehingga jika planet ini diambil fotonya dari angkasa, sebagian besar permukaannya tertutup warna biru. Oleh karena itu, sebagian para ahli menamakan Bumi sebagai planet air atau planet biru. Bagian terluas muka bumi yang tertutup laut terletak di Belahan Bumi Selatan, sedangkan Belahan Bumi Utara lebih banyak ditutupi oleh benua.
Geografika :
Kedalaman rata-rata laut sekitar 3.800 m, sedangkan ketinggian rata-rata pulau hanya 840 m. Terdapat 300 kali lebih banyak ruang hidup yang tersedia dalam lautan daripada di darat dan udara jika digabungkan.
1. Penggolongan Laut
Laut dapat diklasifikasikan dengan berbagai dasar penggolongan, seperti proses kejadiannya, letak dan kedalamannya.
a. Berdasarkan Proses Terjadinya
Dilihat dari proses kejadiannya, laut dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
1. Laut Transgresi adalah kawasan laut dangkal yang dahulunya diperkirakan merupakan wilayah daratan (dataran rendah). Akibat adanya kenaikan muka air laut akibat pencairan es di Bumi pada akhir zaman glasial sekitar 2–3 juta tahun yang lalu, wilayah-wilayah dataran rendah tersebut tertutup oleh air laut. Kedalaman laut transgresi umumnya tidak lebih dari 200 meter. Beberapa contoh laut transgresi di wilayah Indonesia, antara lain Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Selat Karimata, Selat Malaka, dan Laut Arafuru.
2. Laut Ingresi adalah kelompok laut-laut yang proses kejadiannya sejalan dengan proses pembentukan Bumi, jadi sejak dahulu sudah merupakan wilayah lautan. Laut ingresi merupakan cekungan-cekungan laut dengan kedalaman lebih dari 200 meter (wilayah laut dalam). Hampir semua wilayah perairan laut yang terletak di kawasan Indonesia bagian tengah terutama di sekitar Maluku, tergolong pada jenis laut ingresi.
b. Berdasarkan Letaknya
Berdasarkan letaknya, laut dapat dikelaskan ke dalam empat kelompok, yaitu sebagai berikut.
1) Laut Pedalaman, adalah laut yang letak atau posisinya di tengahtengah benua atau dikelilingi daratan. Contohnya Laut Hitam, Laut Baltik, Laut Kaspia, dan Laut Mati.
2) Laut Tepi, adalah laut-laut yang letaknya di tepian benua yang memisahkan benua tersebut dengan Samudra. Contohnya antara lain Laut Jepang, Laut Korea, Laut Arab, Teluk Benggala, dan laut-laut tepi di sekitar pantai Benua Amerika.
3) Laut Tengah, adalah laut yang memisahkan dua benua atau dengan kata lain yang terletak di antara dua benua. Contoh laut tengah, antara lain Laut Mediteran, Selat Gibraltar, laut-laut di perairan Indonesia, dan laut-laut di kawasan Karibia.
4) Samudera, adalah lautan luas dan dalam yang memisahkan berbagai benua di muka bumi. Terdapat empat Samudra yang menutupi planet Bumi, yaitu Pasifik (179,7 juta km2), Atlantik (93,4 juta km2), Hindia (74,9 juta km2), dan Arktik (13,1 juta km2).
Geografia :
Laut merupakan habitat hidup bagi beranekaragam bentuk kehidupan, yaitu kehidupan hewan dan tumbuhan yang dipengaruhi berbagai tingkat salinitas, suhu, kerapatan, tekanan, dan aliran arus. Organisme laut hidup dalam tiga kelompok utama yaitu bentos, nekton, dan plankton. (Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000)
c. Berdasarkan Kedalamannya
Klasifikasi laut dilihat dari zonasi kedalamannya adalah sebagai berikut.
1) Zona Litoral (zone pasang–surut) adalah wilayah pantai yang pada saat air laut pasang wilayah ini tertutup air laut, sedangkan saat surut menjadi wilayah daratan.
2) Zona Neritik (wilayah laut dangkal) adalah wilayah laut mulai dari zone pasang surut sampai kedalaman sekitar 150 meter. Zone neritik merupakan wilayah yang paling kaya dengan organisme laut sebab kawasannya masih dapat ditembus oleh sinar matahari.
3) Zona Bathial (wilayah laut dalam) adalah wilayah laut mulai dari kedalaman 150 meter sampai sekitar 1.800 meter.
4) Zona Abyssal (wilayah laut yang sangat dalam) adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman lebih dari 1.800 meter. Zone abyssal umumnya merupakan dasar Samudra atau berupa palung maupun lubuk laut yang sangat dalam. Suhu air di wilayah ini sangat dingin, dan bentuk-bentuk kehidupan sangat sedikit karena sinar matahari sama sekali tidak sampai.
Gambar 5. Pembagian zona laut berdasarkan zonasi kedalaman laut. |
Geografia :
Laut merupakan habitat bagi kehidupan hewan dan jenis tumbuhan yang dipengaruhi tingkat salinitas, suhu, kerapatan, tekanan, dan aliran arus. (Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000)
2. Relief Dasar Laut
Pada pembahasan mengenai dinamika litosfer telah disinggung bahwa dasar laut bukanlah merupakan hamparan yang rata, melainkan memperlihatkan bentukan-bentukan yang sangat bervariasi. Ada bagian-bagian dasar laut berupa cekungan, lereng yang curam, ngarai yang sangat dalam, maupun punggungan atau pegunungan. Bentukan relief dasar laut tersebut tersebar di empat wilayah utama, yaitu Continental Shelf, Continental Slope, Ocean Floor, dan The Deep.
a. Paparan Benua (Continental Shelf)
Landas kontinen atau paparan benua adalah wilayah laut dangkal dengan topografi relatif datar atau landai. Kemiringan lereng paparan benua berkisar antara 0°–1°. Kedalaman landas kontinen umumnya tidak lebih dari 200 meter. Menurut para ahli oseanografi, landas kontinen sebetulnya merupakan wilayah kelan jutan benua yang tertutup air laut.
Contoh landas kontinen yang terdapat di negara kita, antara lain landas kontinen Asia (Paparan Sunda) dan landas kontinen Australia (Paparan Sahul).
b. Lereng Samudra (Continental Slope)
Lereng samudra adalah zone peralihan antara paparan dan wilayah laut dalam atau dasar Samudra. Topografi continental slope didominasi oleh lereng yang sangat curam dengan kedalaman antara 200–1.800 m. Kemiringan lereng benua umumnya berkisar antara 5° atau lebih.
c. Dasar Samudra (Ocean Floor)
Dasar samudra adalah zone dasar Samudra yang dalam dan merupakan wilayah terluas di muka Bumi, yaitu sekitar 59% dari seluruh permukaan Bumi. Kedalaman dasar Samudra lebih dari 1.800 meter sebagian besar topografi dasar samudra merupakan wilayah yang datar.
d. The Deep
The deep adalah cekungan-cekungan yang sangat dalam di dasar samudra. Pada umumnya, topografi the deep adalah berupa lubuk (basin) dan palung (trench dan trough). Lubuk laut adalah bentukan dasar samudra berupa cekungan yang relatif hampir bulat, yang terjadi akibat peme rosotan muka Bumi karena adanya tenaga endogen. Contoh lubuk laut di perairan Indonesia antara lain basin Banda, basin Sulu, dan basin Sulawesi.
Geografika :
Paparan Sunda merupakan paparan benua (continental shelf) yang terluas di dunia meliputi 1,8 juta km2. Paparan ini menghubungkan pulau-pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatra dengan daratan Asia, dan mencakup antara lain Laut Cina, Teluk Thailand, Selat Malaka, dan Laut Jawa. (Sumber: Laut Sumatra, 1986)
Palung adalah bentukan dasar samudra yang bentuknya menyerupai parit memanjang dan sangat dalam. Sebagian besar palung laut terletak pada pertemuan lempeng samudra dan benua (subduction zone). Perbedaan antara trench dan trough terletak pada bentuk lembahnya. Trench memiliki bentuk lembah yang menyerupai huruf V, sedangkan trough menyerupai huruf U. Beberapa contoh palung laut yang terdapat di muka Bumi antara lain sebagai berikut.
- Palung Jawa, sebagai akibat pertemuan lempeng Benua Eurasia dan Samudra Indo-Australia.
- Palung Mindanao (Palung Filipina), sebagai akibat pertemuan lempeng Benua Eurasia dan samudra Pasifik.
- Palung Tonga-Kermadee di Kepulauan Fiji, sebagai akibat pertemuan lempeng Pasifik bagian Selatan dengan lempeng Fiji.
Gambar 6. Relief dasar laut |
Selain bentukan-bentukan dasar laut tersebut, masih terdapat lagi relief yang biasa kita jumpai di dasar samudra, misalnya ambang laut, pematang tengah samudra, submarin canyon dan gunungapi dasar laut. Ambang adalah relief dasar laut berupa punggungan (bukit) yang memisahkan dua wilayah laut dangkal, seperti ambang Laut Sulu, dan ambang Selat Gibraltar.
Pematang tengah samudra adalah jalur punggungan yang bentuknya memanjang di sepanjang zone pemisahan dua buah lempeng samudra (zone divergensi). Pematang tengah samudra ditandai dengan keluarnya magma dari dalam astenosfer membentuk jalur gunungapi dasar laut yang dikenal dengan istilah lingkaran api (ring of fire), seperti di tengah Samudra Pasifik dan Atlantik.
Submarine canyon adalah alur-alur ngarai yang terletak di kawasan paparan benua, yang dahulunya diperkirakan merupakan lembah sungai paparan tersebut masih berupa kawasan darat. Contoh submarin canyon terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa yang dahulunya merupakan wilayah paparan sunda.
Geografia :
Dilihat dari kedalaman lautnya, perairan Indonesia pada garis besarnya dapat dibagi dua, yakni perairan dangkal berupa paparan dan perairan laut dalam. Kompleksnya topografi dasar laut Indonesia disebabkan di kawasan ini berbenturan atau bergesekan empat lempeng litosfer yakni lempeng Eurasia, Filipina, Pasifik, dan Samudra Hindia-Australia. (Sumber: Laut Nusantara, 1986)
3. Gerakan Air Laut
Air laut adalah massa zat yang mudah bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi gerakan air laut, seperti adanya angin, perbedaan kerapatan air, dan perbedaan kadar garam. Gerakan air laut terdiri atas gelombang, arus, dan pasang surut.
a. Gelombang
Gelombang adalah merupakan bentuk gerakan air laut yang paling umum dan mudah kita amati. Seseorang yang sama sekali tidak mengerti ilmu kelautan pun dapat dengan mudah menunjukkan gelombang laut. Namun jika ditanya apakah gelombang laut itu? Bagaimana proses terjadinya? Faktor-faktor apa saja yang mem pengaruhi gelombang laut? Tentunya pertanyaan-pertanyaan tersebut memerlukan jawaban yang lebih mendalam.
Gambar 7. Gelombang salah satu gerakan air laut menjadi kajian dinamika hidrosfer. |
Gelombang laut dapat didefinisikan sebagai suatu proses turun naiknya molekul-molekul air laut, membentuk puncak, dan lembah. Secara umum, gerak gelombang laut terbentuk karena adanya pengaruh angin, terutama berhubungan dengan hal-hal berikut.
1) Kecepatan angin, semakin kencang angin bertiup semakin besar gelombang laut yang ditimbulkannya. Selain itu, kecepatan angin juga berpengaruh terhadap panjang gelombang dan cepat rambat gelombang.
2) Lamanya angin bertiup, semakin lama angin bertiup gelombang semakin besar.
2) Lamanya angin bertiup, semakin lama angin bertiup gelombang semakin besar.
3) Fetch, adalah daerah yang terkena pengaruh gerakan angin. Semakin luas fetch, gelombang yang terbentuk memiliki panjang gelombang lebih besar.
Berdasarkan posisi atau letak gelombang terhadap fetch nya, kita mengenal dua jenis gelombang, yaitu sea waves dan swell.
a) Sea waves adalah gelombang laut yang berada di daerah pengaruh angin atau gelombang yang letaknya di dalam fetch.
b) Swell adalah gelombang laut di luar pengaruh fetch.
4) Perbedaan kerapatan air laut dan udara. Sebagaimana prinsip terjadinya gelombang yang dikemukakan oleh Helmholtz yang berbunyi jika ada dua massa benda yang berbeda kerapatan atau densitasnya saling bersentuhan atau bergesekan satu sama lain, pada bidang sentuhnya akan terbentuk gelombang. Menurut prinsip ini, gelombang laut dapat terjadi akibat bersentuhannya molekul air laut dan molekul udara yang berbeda tingkat kerapatannya.
5) Kedalaman laut. Adanya perubahan kedalaman dasar laut secara tiba-tiba dari dalam menjadi dangkal ke arah pantai mengakibatkan bagian bawah gelombang tertahan oleh dinding dasar laut. Benturan gelombang laut dengan dinding dasar laut ini mengakibatkan terbentuknya gerak ombak membalik yang menimbulkan pecahan gelombang yang dikenal dengan istilah Breaking Waves atau Breakers.
Gambar 8. Tipe-Tipe Breakers (a) Konstruktif. (b) Destruktif. |
Berdasarkan gerakan butiran-butiran air laut, gelombang dapat dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut ini.
(a) Gelombang Osilasi
Gelombang osilasi adalah gelombang berbentuk butir-butir air laut yang berputar membentuk gerakan seperti lingkaran atau ellips, sehingga terlihat puncak dan lembah gelombang. Pada saat gelombang memasuki wilayah pantai, gelombang osilasi mengalami penurunan kecepatan, panjang gelombang menjadi lebih kecil, sedangkan tinggi gelombang bertambah. Akhirnya terbentuklah pecahan gelombang (breaking waves).
(b) Gelombang Translasi
Setelah terjadi pecahan gelombang, butir-butir air laut tidak lagi berputar turun naik membentuk puncak dan lembah gelombang melainkan bergerak ke arah pantai. Gerakan air ke arah pantai ini dinamakan gelombang translasi.
(c) Swash
Swash adalah kelanjutan dari gelombang translasi, yaitu berupa desakan massa air laut ke daratan pada saat
memasuki wilayah pantai.
(d) Back Swash
Back swash adalah proses kembalinya massa swash dari pantai ke wilayah laut.
(e) Aktivitas Endogenik
Aktivitas endogenik terjadi di dasar laut berupa kegiatan gunungapi atau gempa tektonik dapat menyebabkan terjadinya gelombang pasang secara tiba-tiba dengan tinggi gelombang jauh lebih besar dibandingkan dalam keadaan normal. Gelombang pasang air laut semacam ini dinamakan Tsunami. Kedahsyatan tsunami dapat dilihat dari panjang gelombangnya yang dapat mencapai 200 kilometer dengan tinggi gelombang sekitar 30 meter dan kecepatan rambat gelombang sekitar 800 km/jam.
Geografika :
Titik tertinggi air dalam suatu gelombang air disebut puncak gelombang. Titik terendah disebut palung gelombang. Jarak dari satu puncak ke puncak berikutnya disebut panjang gelombang. Tinggi gelombang air sama dengan jarak vertikal antara puncak dan palung. (Sumber: lmu Pengetahuan Populer, 2000)
b. Arus Laut
Arus laut adalah gerakan massa air laut dari suatu wilayah ke wilayah lainnya. Gerakan massa air laut ini dapat secara mendatar berupa arus permukaan dan arus dasar, ataupun secara vertikal, dari lapisan bawah ke atas atau sebaliknya.
Geografika :
Titik tertinggi air dalam suatu gelombang air disebut puncak gelombang. Titik terendah disebut palung gelombang. Jarak dari satu puncak ke puncak berikutnya disebut panjang gelombang. Tinggi gelombang air sama dengan jarak vertikal antara puncak dan palung. (Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000)
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya arus laut antara lain sebagai berikut.
1) Gerakan angin yang arahnya tetap sepanjang tahun, yang mengakibatkan arus laut berupa gerakan air permukaan yang arahnya mendatar. Contohnya adalah sebagai berikut.
a) Angin Passat menggerakkan massa air laut berupa arus permukaan yang meliputi arus khatulistiwa utara bergerak di Samudra Pasifik dan Atlantik, serta arus khatulistiwa selatan yang bergerak di Samudra Pasifik, Atlantik, dan Hindia.
b) Angin Barat mengakibatkan adanya Arus Teluk (Gulfstream) yang bergerak dari pantai Timur Amerika Serikat menyusuri Samudra Atlantik sampai ke pantai Barat Benua Eropa sekitar Inggris, dan arus Kuroshio (arus hitam) di sekitar pantai timur Kepulauan Jepang.
Gambar 9. Peta Arus Permukaan Dunia. |
2) Perbedaan tinggi permukaan air laut, mengakibatkan terjadinya arus atau gerakan air untuk mengisi wilayah laut di tempat lain yang permukaannya lebih rendah. Arus yang terjadi akibat perbedaan tinggi permukaan laut dinamakan arus kompensasi atau arus pengisi. Berdasarkan arah gerakannya, arus kom pensasi dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a) Arus kompensasi mendatar, seperti arus anti khatulistiwa di Samudra Pasifik dan Atlantik, Oyashio di Jepang, dan arus Labrador di Pantai Timur Kanada.
b) Arus kompensasi vertikal atau tegak, seperti Arus Kalifornia di Pantai Barat Amerika Serikat, Benguella di Pantai Barat Afrika Selatan, Canari di Pantai Barat Afrika Utara, dan arus Australia Barat.
3) Adanya rintangan pulau atau benua, mengakibatkan arus laut berbelok mengikuti garis pantai pulau atau benua tersebut. Contohnya antara lain arus Brasil, arus Meksiko, dan arus Agulhas.
4) Perbedaan suhu dan salinitas (kadar garam) air laut, menyebabkan perbedaan kerapatan atau densitas massa air laut sehingga menimbulkan gerakan air laut dari wilayah yang memiliki densitas tinggi ke wilayah yang densitasnya rendah. Arus laut yang diakibatkan oleh perbedaan suhu dan kadar garam dinamakan arus thermohalin.
Di dalam sistem sirkulasi arus laut, kita mengenal beberapa istilah yang berhubungan dengan proses dan karakter gerakan arus, seperti up welling dan down welling, serta arus panas dan arus dingin.
Gambar 10. Peta Penyebaran Arus Hangat dan Arus Dingin Dunia. |
1) Up welling current adalah naiknya peristiwa massa air dingin dari lapisan laut dalam ke lapisan permukaan karena adanya kekosongan massa di permukaan. Zone up welling merupakan wilayah yang kaya dengan sumber daya ikan karena di daerah tersebut merupakan tempat berkumpulnya plankton sebagai makanan ikan. Contoh zone up welling di Indonesia adalah sekitar perairan Maluku.
2) Down welling adalah gerakan atau aliran air dari permukaan laut ke wilayah yang lebih dalam karena terjadinya penum pukan massa air di permukaan.
3) Arus panas adalah arus yang suhunya relatif lebih tinggi jika dibanding kan suhu air laut yang dilaluinya. Contohnya, antara lain arus Khatulistiwa, arus Teluk (Gulfstream), arus Kuroshio, dan arus Agulhas.
4) Arus dingin adalah jenis arus laut yang suhunya relatif lebih dingin dibandingkan dengan suhu air yang dilaluinya, seperti arus Oyashio, arus Peru, arus Benguella, arus Labrador, dan arus Falkland.
Seperti halnya up welling, pertemuan antara arus panas dan dingin merupakan wilayah yang sangat diminati plankton sehingga merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya ikan laut. Contoh pertemuan kedua arus yang berbeda suhunya antara lain di Kepulauan Jepang yang merupakan kawasan pertemuan arus Kuroshio dan Oyashio, serta di Kepulauan Falkland, yaitu merupakan zone pertemuan antara arus Humboldt dan arus Falkland.
Geografia :
Pasang surut mempunyai arti yang sangat penting bagi keselamatan pelayaran. Seorang nakhoda kapal, harus mengtahui dengan tepat jam berapa air akan pasang atau surut, dan berapa ketinggian air pada saat itu, agar kapalnya dapat dibawa masuk atau ke luar dari pelabuhan dengan selamat. (Sumber: Laut Nusantara, 1986)
c. Pasang Surut
Pasang naik dan pasang surut air laut merupakan fenomena gerakan air laut yang terjadi dua kali setiap hari. Pada saat pasang naik, permukaan air laut mengalami kenaikan beberapa sentimeter dari keadaan normal, sebaliknya saat pasang surut permukaan laut mengalami penurunan. Wilayah pantai yang menjadi kawasan peralihan antara pasang-surut air laut dinamakan zone litoral. Penyebab utama dari gejala alam ini adalah adanya gaya tarik (gravitasi) bulan dan matahari terhadap Bumi, namun yang lebih terasa pengaruhnya adalah gravitasi bulan karena jarak matahari dan Bumi sangat jauh.
Gambar 11. Skema gravitasi Bulan yang menyebabkan pasang purnama dan pasang perbani. |
Tinggi muka air laut pasang naik dan pasang surut tidak sama setiap hari. Hal ini sangat bergantung dari posisi Matahari, Bumi, dan bulan. Pada 1 Hijriyah (bulan baru) dan 14 Hijriyah (bulan purnama), di mana posisi ketiga benda langit ini terletak pada satu garis lurusmaka gaya tarik matahari dan bulan terhadap Bumi berakumulasi menjadi satu. Pada saat inilah terjadi pasang-surut tertinggi di muka Bumi yang dikenal dengan pasang purnama. Pada tanggal 7 dan 21 Hijriyah, ketika posisi matahari, Bumi, dan bulan membentuk sudut 90°, gaya tarik matahari dan bulan terhadap Bumi saling berlawanan. Akibatnya, pada kedua tanggal tersebut gejala pasang-surut mencapai puncak terendah, yang dikenal dengan istilah pasang perbani.
G. Perairan Laut Indonesia
Negara Republik Indonesia adalah salah satu negara maritim atau negara kepulauan di dunia yang wilayahnya terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh wilayah laut. Berdasarkan hasil penelitian Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, (Bakosurtanal) diperkirakan tidak kurang dari 17.000 pulau yang tersebar di nusantara.
Perairan laut Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga wilayah utama, yaitu wilayah perairan bagian Barat, Tengah, dan Timur.
1. Perairan Indonesia Bagian Barat
Sebagian besar perairan laut Indonesia bagian Barat seperti Laut Jawa, Selat Sunda, Laut Natuna, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan Selat Makassar merupakan zone laut dangkal dengan rata-rata kedalaman laut tidak lebih dari 200 meter, serta kondisi dasar laut yang relatif landai. Hal ini disebabkan secara geologis wilayah ini dahulu merupakan kesatuan wilayah dataran rendah yang termasuk pada paparan sunda (landas kontinen Asia), pada zaman glasial (zaman es). Pada akhir zaman glasial terjadi pencairan es secara besar-besaran sehingga permukaan air laut mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
Akibatnya, wilayah-wilayah daratan yang merupakan cekungan dan dataran rendah ada yang tertutup air laut membentuk zone laut dangkal (laut transgresi), termasuk paparan sunda. Adapun wilayah-wilayah yang lebih tinggi dan tidak tertutup air laut, kemudian berubah menjadi pulau-pulau yang tersebar di sekitar laut dangkal tersebut, seperti Pulau Jawa, Pulau Sumatra, dan Pulau Kalimantan.
Beberapa bukti yang mendasari bahwa wilayah bagian Barat pernah menjadi satu kesatuan daratan antara lain sebagai berikut.
a. Adanya persamaan flora dan fauna di Pulau Jawa, Sumatra, dan sebagian Kalimantan bagian Barat, seperti gajah, harimau, dan orang utan, serta tipe hutannya.
b. Kondisi dan jenis batuan di wilayah-wilayah tersebut relatif sama.
c. Ditemukan lembah-lembah di dasar laut yang diperkirakan bekas aliran sungai purba (submarine canyon), yaitu:
1) alur-alur di Pantai Timur Sumatra dan Pantai Barat Kalimantan yang diperkirakan merupakan cabang-cabang sungai purba yang akhirnya bersatu dengan sungai induknya di Laut Cina Selatan;
2) alur-alur di Pantai Utara Jawa, Pantai Selatan Kalimantan, dan Selat Makassar yang diperkirakan merupakan cabang-cabang sungai purba yang akhirnya bermuara dengan sungai induknya di Selat Makassar.
2. Perairan Indonesia Bagian Tengah
Wilayah perairan laut Indonesia bagian Tengah didominasi oleh laut-laut dalam dengan bentuk dasar laut berupa cekungan dan palung laut, seperti Cekungan Banda dan Timor Trough. Kedalaman lautnya berkisar antara 200 - 1.800 meter. Antara wilayah perairan laut Indonesia bagian barat dan tengah dibatasi oleh Garis Wallacea.
Biografi :
Alfred Russell Wallace
Alfred Russell Wallace (Wikimedia Commons) |
Peneliti alam berkebangsaan Inggris yang memberikan sumbangan pemikiran pada teori seleksi alam. Wallace menjadi ahli yang diakui bagi pengembangan garis wallace dengan menggunakan lingkaran garis khayal untuk membagi dua kawasan dari kelompok tumbuhan dan hewan yang berbeda. Garis Wallace menjadi pelopor pada kajian bidang Biogeografi. (Sumber: Microsoft Encarta Premium DVD, 2006)
3. Perairan Indonesia Bagian Timur
Seperti halnya wilayah bagian Barat, perairan laut Indonesia bagian Timur merupakan zone laut dangkal yang termasuk pada landas kontinen Australia (Paparan Sahul). Kawasannya meliputi laut-laut dangkal di sebelah selatan Papua sampai bagian utara Australia seperti Laut Arafuru dan Selat Flores. Di sebelah Utara terdapat palung Mindanao dengan kedalaman maksimum 10.830 m merupakan bagian laut yang terdalam di dunia. Sebelah Baratdayanya terdapat Basin Sulawesi yang sangat luas dengan dasarnya kurang lebih mendatar pada kedalaman sekitar 5.100 m ke arah Selatan. Basin Sulawesi ini berhubungan dengan palung Makassar yang kedalamannya 2.300 m.
Sesuai dengan ketetapan Hukum Laut Internasional yang disepakati oleh PBB pada 1980, negara Indonesia memiliki tiga batas laut yaitu batas laut teritorial, landas kontinen, dan zone ekonomi eksklusif.
a. Batas Laut Teritorial
Batas laut teritorial merupakan batas kedaulatan penuh pemerintah Indonesia. Negara lain tidak diperkenankan memasuki wilayah ini tanpa izin resmi dari pemerintah Indonesia. Apabila ada warga atau kapal asing yang memasuki wilayah laut teritorial tanpa izin, pemerintah kita berhak menghukum warga asing tersebut. Walaupun demikian, sebagai warga masyarakat dunia internasional, tentunya pemerintah RI memiliki kewajiban untuk menyediakan jalur pelayaran internasional untuk tujuan-tujuan damai dan hubungan antarbangsa.
Gambar 12. Batas ZEE Indonesia. Indonesia sebagai negara maritim memiliki zona maritim berdasarkan undang-undang yang berlaku. |
Kawasan laut teritorial merupakan wilayah laut yang ditarik sejauh 12 mil laut (1 mil laut = 1,852 km) dari garis dasar ke arah laut lepas. Garis dasar adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik ujung pulau-pulau terluar dari suatu negara maritim. Ujung terluar sebuah pulau dapat diketahui dengan cara menghitung ratarata batas garis pantai saat pasang naik tertinggi dan pasang surut terendah.
b. Batas Landas Kontinen
Indonesia memiliki dua batas landas kontinen, yaitu Landas Kontinen Asia di sekitar Laut Natuna dan Selat Malaka yang berbatasan dengan Malaysia dan Singapura, serta Landas Kontinen Australia di Laut Arafuru dan Laut Timor yang berbatasan dengan Negara Australia. Negara Indonesia memiliki hak dan kewenangan untuk memanfaatkan semua sumber daya alam laut yang terkandung di wilayah landas kontinen, dengan senantiasa menghormati dan tidak mengganggu jalur pelayaran internasional.
c. Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Batas Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) ditarik sejauh maksimal 200 mil laut dari garis dasar ke arah laut bebas. Terhadap wilayah ZEE ini, Negara Indonesia memiliki hak pertama untuk mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, dengan tidak mengganggu jalur lalu lintas internasional.
Geografia :
Laut memang merupakan faktor fisik yang paling dominan yang membentuk tanah air kita. Padazaman dahulu, sebagian penduduk asli yang mendiami tanah air ini sudah mempunyai anggapan bahwa seluruh laut itu hanya satu belaka, merupakan “telaga luas” di mana tanah air mereka berada di tengah-tengahnya. Oleh sebab itu, dalam bahasa penduduk asli “telaga luas” itu disebut Tagaroa (yang berarti: Taga = telaga, dan Roa = luas). Istilah Tagaroa (hingga sekarang masih digunakan oleh rakyat Sangir-Talaud) dulu merupakan nama sebutan wilayah laut yang maha luas sampai mencakup kedua samudra yang kita kenal sekarang sebagai Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. (Sumber: Laut Nusantara, 1986)
H. Manfaat Laut bagi Kehidupan
Laut merupakan sumber daya alam titipan Tuhan yang memiliki nilai ekonomis tinggi bagi kesejahteraan penduduk, apabila manusia mampu memanfaatkan secara maksimal. Beberapa contoh manfaat sumber daya alam laut bagi kehidupan manusia antara lain sebagai berikut.
- Beberapa wilayah laut Indonesia merupakan kawasan cekungan minyak Bumi yang sangat potensial, seperti di sepanjang Pantai Timur Sumatra, pantai utara Jawa, Pantai Timur Kalimantan, dan sekitar Pantai Utara Papua.
- Laut merupakan sumber penghasil ikan.
- Usaha budidaya rumput laut di beberapa wilayah Indonesia seperti dilakukan oleh penduduk yang tinggal di Pulau Sumba dan pantai Pameungpeuk, Jawa Barat.
- Usaha budi daya lokan mutiara seperti dilakukan penduduk yang tinggal di pantai Maluku.
- Wilayah pantai sekitar perairan Pulau Bangka, Belitung dan Singkep merupakan zone penghasil tambang timah putih.
- Usaha tambak garam seperti banyak diupayakan oleh sebagian penduduk yang tinggal di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa. Di dalam upaya pemanfaatan sumber daya alam laut tentunya manusia harus memerhatikan faktor-faktor dari kelestarian lingkungan. Diupayakan jangan sampai proses eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mengakibatkan terjadinya kerusakan alam.
Geografia :
Dari segi estetika, terumbu karang yang masih utuh menampilkan pemandangan yang sangat indah, jarang dapat ditandingi oleh ekosistem lain. Taman-taman laut yang terkenal terdapat di pulau atau pantai yang mempunyai terumbu karang. (Sumber: Laut Nusantara, 1986)
Rangkuman :
1. Bentukan dasar laut tersebar di empat wilayah utama yaitu:
a. continental shelf;
b. continental slope;
c. ocean floor;
d. the deep.
2. Gerakan air laut terdiri atas gelombang, arus laut, dan pasang surut.
3. Indonesia memiliki tiga batas laut yaitu batas laut teritorial, batas landas kontinen, dan zona ekonomi eksklusif (ZEE).
4. Hidrologi adalah cabang ilmu kebumian yang secara khusus mempelajari bentang perairan darat, sedangkan oseanografi mempelajari permasalahan bentang perairan laut.
5. Kapasitas infiltrasi bergantung pada tingkat kelembapan tanah tingkat porositas tanah dan batuan, serta kemiringan lereng.
6. Profil tubuh sungai terdiri atas daerah aliran hulu, tengah, dan hilir. Wilayah pembatas dua buah DAS disebut batas pengaliran sungai (igir).
7. Berdasarkan sumber airnya, sungai dibagi menjadi sungai hujan, gletser, dan campuran.
8. Berdasarkan terbentuknya, danau dibedakan menjadi danau tektonik, vulkanik, tekto-vulkanik, karst (dolina), glasial, cirques, dan bendungan.
9. Berdasarkan genangan airnya, rawa dibedakan menjadi rawa yang airnya selalu tergenang dan rawa yang airnya tidak selalu tergenang.
10. Laut dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Proses terjadinya dibedakan atas laut transgresi, laut ingresi, dan laut regresi.
b. Berdasarkan letaknya dibedakan atas laut pedalaman, tepi, tengah, dan samudra.
c. Berdasarkan kedalaman dibedakan atas zone literal, neritik, batlial, dan abyssal.
11. Bentukan relief dasar laut tersebar di empat wilayah utama yaitu continental shelf, continental slope, ocean floor, dan the deep.
12. Gerakan air laut terbentuk karena adanya pengaruh angin yang menghasilkan tiga gerakan yaitu gelombang, arus laut, dan pasang surut.
Anda sekarang sudah mengetahui Siklus Hidrologi. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Utoyo, B. 2009. Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 154.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar