Akibat Jahil

Bookmark and Share


Setiap hari Sabtu, SD Negeri Buah Bangsa selalu mengadakan kegiatan kerja bakti. Semua murid SD Negeri buah Bangsa ambil bagian. Ada yang menyapu, mengepel, membuang sampah, dan lain-lain. Semua ikut serta, tak terkecuali kelas III, kelasnya Toti dan kawan-kawan. Tetapi, dibelakang sekolah, Toti, Durin, Omat dan Icang sedang membicarakan sesuatu. " Lebih baik kita pulang saja yuk......", kata Durin, "Atau kita main saja dilapangan, bagaimana?' ajak Durin. Durin, Omat, Icang mengendap-endap keluar lewat pagar belakang sekolah. Saat itu, halaman belakang sedang sepi karena semuanya ada di halaman depan sekolah. "Kalau sampai ketahuan, berarti Toti,..... karena hanya dia yang tahu semua rencana kita.....!  Tak lama kemudian, mereka bertiga sudah tiba di jalan raya. "Nah, aman kan?, kata Durin. "Ayo kita bersenang-senang. Horeeeee....! teriak Icang. "Eh, Durin, jalan kota kok berbeda dengan jalan desa ya?..
Di Desa desa jalannya lebih kecil dan tidak rata,"heran Omat. "Dikota kan lebih banyak kendaraan berlalu lalang. Kendaraan di kota juga besar-besar. Jadi, diperlukan jalan yang lebih besar dan rata agar lalu lintas lancar," Jawab Durin. "Kamu pintar juga Rin," goda icang. "Ya dong, jelek-jelek begini aku tidak kalah dengan Toti penakut itu," sahut Durin. "Ayo kita sekarang menuju lapangan kota," kata Omat. "Hai..... bagaimana kalau kita beli es krim dulu? Aku haus nih" usul Durin. Omat dan Icang langsung setuju. "Bang, beli es krim nya," kata Icang sambil menyodorkan uang nya. "Aku beli dua, Bang," Omat tak ketinggalan. Setelah Omat menghabiskan satu es krimnya, dia terkejut, "Kok, kok es krimku yang satunya sudah banyak yang berkurang!" "Tentu, dong. hari ini matahari bersinar dengan teriknya. Panas mataharilah yang mencairkan es krim kamu, Mat"jawab Icang. "kalau begitu, aku beli satu lagi. Akan langsung kumakan, biar tidak mencair." Mereka duduk di trotoar jalan sambil menikmati es krim yang baru saja mereka beli. Tiba-tiba, didepan mereka sudah berdiri seorang yang sudah tua dengan pakaian yang kumal tapi masih terlihat rapi, lalu ia menyapa, "Nak, bapak mau tanya, jalan setia kawan itu ada di sebelah mana ya?" Durin, mat dan Icang saling berpandangan. Timbul ide "Jahil" mereka untuk mempermainkan orang tua tersebut. "Oooh jalan Setia Kawan ada di sebelah sana, Bapak lurus saja, sampai di jembatan belok kiri, kemudian belok kanan. Nah, disitulah jalan Setia Kawan," kata Durin. Sementara itu, Icang dan Omat tersenyum menahan tawa. "Terimakasih ya nak, tapi kok jam segini kalian sudah di sini. Apa kalian tidak sekolah?" tanya orang tua itu. "Mmmmmm......mmmmmm anu, Pak, itu......." Durin jadi bingun menjawabnya. "Itu pak..... pulang cepat. karena guru kami sedang sakit, "jawab Durin mencoba menjelaskan.
"Lho, kok kalian tidak menjenguk beliau. Guru itu seperti orang tua kalian juga. Kalau orang tua kalian sakit, kalian pasti sedih, kan ? jelas pak tua. "Kita berencana menengok nanti sore, pak" kilah Durin. "Oh, begitu, sekali lagi terimakasih ya, Nak" kata pak tua sambil berlalu. Mereka tertawa melihat orang tua tadi, padahal jalan yang mereka tunjukan tadi salah. Tanpa merasa bersalah, mereka kelihatan senang telah mempermainkan orang lain dan terus bermain-main hingga puas. Sore harinya mereka pulang ke rumah masing-masing, seakan-akan baru pulang dari sekolah. Padahal sih,....??.
Hari senin, selesai upacara bendera, murid-murid masuk ke kelasnya masing-masing, termasuk Durin. Hari ini mata pelajaran kelas III adalah matematika. Tero duduk di samping Toti. "Sampai dimana pelajaran Matematikannya Toti," Tanya Tero. "masih melanjutkan yang kemarin, tentang bilangan genap dan bilangan ganjil,jawab Toti. "Aku kok sudah lupa ya. Bilangan genap dan bilangan ganjil itu apa sih? tanya Tero lagi. Bilangan genap adalah bilangan yang habis dibagi dua, kalau bilangan ganjil tidak habis dibagi dua. "Hari ini kita akan kedatangan guru baru pengganti Ibu Koli, kan tanya Bowo. "Betul. Aku tidak sabar untuk melihatnya,"jawab Toti. Tiba-tiba bapak kepala sekolah masuk ke dalam kelas. Selamat pagi anak-anak," salam beliau. "Selamat pagi, Pak," balas anak-anak serentak. "Pagi ini Bapak ingin memperkenalkan guru matematika yang baru. Beliau adalah Pak Daba," jelas pak Kepala sekolah. Semua murid menatap ke pintu. lalu, masuklah bapak tua yang berpakaian agak kumal, tapi rapi. Durin, Omat, dan Icang sangat terkejut. sementara, Toti heran melihat ketiga temannya itu. Ya, guru baru tersebut adalah orang yang kemarin mereka jahili sewaktu bertemu di jalan. Ketika itu mereka sedang membolos. 
Akhirnya, selama pelajaran berlangsung, Durin, Omat, dan Icang disuruh berdiri di depan kelas. "Inilah hukuman bagi anak-anak yang suka membolos dan mempermainkan," jelas Pak Daba kepada anak-anak yang lain. Toti mengangguk tanda ia sudah mengerti masalah apa yang sebenarnya telah menimpa ketiga temannya itu.










{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar

Powered By Blogger